Mohon tunggu...
Berthy B Rahawarin
Berthy B Rahawarin Mohon Tunggu... Dosen -

berthy b rahawarin, aktivis.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Tragedi Hari Valentine di Swalayan Hari Hari Diadukan ke Ahok

19 Februari 2016   10:03 Diperbarui: 22 Februari 2016   05:34 1363
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

[caption caption="John Inga Sitaneli Renjut di rumah Duka Dharmais (dok. pribadi)"][/caption]Sungguh tragis kematian pemuda lajang ini. Hari kelahirannya yang jatuh bertepatan dengan  sebagian orang merayakan Hari Kasih Sayang,  Johanis Casper Sitaneli Renjut (54), yang akrab disapa kerabatnya dengan Mas John atau Ko Enga. Hari bahagianya yang jatuh tanggal 14 April 1962, menjadi tanggal kematiannya14 Februari 2016,  Minggu sore. Kematiannya menjadi Tragedi Hari Valentine 2016.

Kematian John menjadi tragis, karena justeru terjadi di sebuah swalayan modern HARI-HARI, ITC Roxi Mas, Jakarta Pusat. Tragis karena manajemen Hari-Hari Roxi Mas terkesan jauh dari profesional, setelah nyawa seorang pengunjung berakhir tragis di swalayan tersebut. Selain akan menempu jalur hukum, keluarga mengadukan perilaku tidak manusiawi manajemen HARI-HARI ke Gubernur Ahok.

Bagi keluarga dan kerabat John Enga, berita kematiannya  mengejutkan keluarga dan kerabat. Tidak ada berita sakit, karena John kepribadian yang hidup disiplin dan menjadi tulang punggung ekonomi keluarga, sejak tinggal di Jakarta 30-an tahun lamanya.

Setelah berita yang mengagetkan itu, keluarga inti yang tadinya berusaha menutup-nutupi sebab kematiannya, akhirnya, mendatangkan penasaran lebih luas dari keluarga dan kerabat yang berasal dari suku Kei. Maklum, Ayah Enga berdarah keturunan Tionghoa dan ibunya berdarah suku Kei.

Keluarga yang semula tidak ingin mempermasalahkan Manajemen Swalayan Hari-Hari, didukung keluarga besar lainnya, bertekad mengadukan Swalayan Hari-Hari ke jalur hukum.

"Jangankan hadir, mengucapkan turut berduka-cita pada keluarga pun tidak." DEmikian ungkap anggota keluarga emosional mengetahui sikap tidak profesional dan tidak gentleman pihak Hari-Hari.

"Kami tadinya tidak ingin menuntut apa-apa", tutur seorang anggota keluarga. "Namun sikap angkuh dan pongah manajemen Swalayan Hari-Hari membuat kami penasaran. Kaum kerabat meminta ada jalur hukum, agar kasus yang menimpa saudara kami tidak terjadi pada masyarakat lain." (Baca lebih lanjut,  Kejanggalan Tragedi HARI VAlentine di Swalayan Hari HARI Roxi Mas". beber ***)

 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun