Mohon tunggu...
Berthy B Rahawarin
Berthy B Rahawarin Mohon Tunggu... Dosen -

berthy b rahawarin, aktivis.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Perawan Tua Tak ‘ber-Tuan’

2 Mei 2012   04:50 Diperbarui: 25 Juni 2015   05:51 520
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
13359340611206341466

[caption id="attachment_178617" align="alignnone" width="300" caption="Peta Maluku (sumber: Wikipedia.com)"][/caption]

Bangsa Eropa memandang kepulauan Maluku sebagai ‘gadis pingitan’ diincar banyak mata pria. Rempa-rempa Maluku telah ratusan tahun mengilhami penjajah dunia dan menjadi tujuan pejelajahan Eropa. Pulau Banda, Nusa Laut, dan Seram adalah pulau-pulau utama penghasil cengkeh dan pala berkualitas. Bahkan, Maluku telah menjadi ‘daya-tarik’ dan alasan penjajahan. Itu jaman dulu.

Tapi, di zaman Indonesia merdeka, Maluku dan Maluku Utara masih hanya sebuah ‘kota mati’ ditinggal penggali tambang. Provinsi Maluku dan Maluku Utara, seperti provinsi kepulauan lainnya, mengalami permasalahan rentang kendali kewilayahan yang pelik dan berbiaya mahal, karena akhirnya kembali pada isu abadi infrastruktur. Maluku di Era Soekarno-Soeharto terbentang dari pulau Morotai yang berbatasan dengan Filipina hingga pulau Kisar yang berada di depan hidung benua Australia, kemudian dibagi menjadi Provinsi Maluku dan Maluku Utara. Provinsi Maluku Utara lebih dekat ke pulau Sulawesi dengan permasalahan sama, meski telah dimekarkan.

Provinsi Maluku yang terbentang dari pulau Buru, yang terisolir dan diisolirkan untuk tahanan politik (Tapol) 1965 di Era Soeharto, hingga kepulauan terselatan yang berbatasan dengan kaki benua Australia, masih menantang para gubernurnya untuk mendapat solusi yang tepat agar mengejar ketertinggalan dari provinsi lain, atau setidaknya keluar dari kategori provinsi termiskin. Maluku tercatat sebagai provinsi termiskin ke-3 di Indonesia.

Mendengar atau membaca nama Maluku atau 'Mollucas' di kuping warga Indonesia, terutama warga Jakarta, diasosiasikan atau diingat "Kampung Ambon" di Jalan Daan Mogot, Jakarta Barat, terakhir disebarkan sebagai tempat bandar narkoba, dan rangkai kriminal kota. Citra dan pencitraan yang kontras.

Melewati masa konflik horizontal, Maluku terus berbenah. Masa pemerintahan Gubernur Karel Ralahalu stabilitas sosial relatif telah terbangun dalam dua periode pemerintahannya. Karel dinilai sejumlah kalangan berhasil membangun aspek keamanan yang penting bagi Maluku.

Wakil Menteri Perindustrian Alex Retraubun, yang berniat maju untuk menggantikan Karel Ralahalu, mengatakan bahwa akselerasi atau percepatan pembangunan Maluku sesuai isu kewilayahan menjadi penting dan mutlak.

Mengapa Maluku di masa lampau menjadi ‘destiny’ atau target pelayaran dunia, di zaman modern hanya meninggalkan sejumlah turis yang bekerja sama dengan almarhum Des Alwi di Banda Naira untuk menjaga akses masyarakat Banda dengan kota Ambon misalnya. Keindahan pulau Banda belum maksimal dipromosikan. Selain keindahannya, laut Banda adalah penghasil tuna, namun sering menjadi wilayah illegal fishing dengan atau tanpa kerja-sama dengan Jakarta.

Seorang pemimpin yang berintegritas dan memiliki political will yang kuat untuk membangun Maluku dan masyarakatnya, menjadi kesadaran yang terus dibangun di tengah masyarakat. Maluku adalah salah satu provinsi tertua dan awal di Republik Indonesia. Termasuk dalam daftar ketiga termiskin, membuat para putera daerah gerah. Ini saatnya, keluar dari ketertinggalan. Masyarakat Maluku jangan lagi jadi obyek. Malu, kalau Maluku masih di area provinsi termiskin. Maluku bukan 'perawan tua yang tak ber-Tuan'. Ini di negara bermartabat.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun