Mohon tunggu...
Berthy B Rahawarin
Berthy B Rahawarin Mohon Tunggu... Dosen -

berthy b rahawarin, aktivis.

Selanjutnya

Tutup

Olahraga

Demi Bisnis, Belanda Tidak Hanya Melawan Uruguai

6 Juli 2010   13:05 Diperbarui: 26 Juni 2015   15:03 97
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Olahraga. Sumber ilustrasi: FREEPIK

Meskipun harapan pada Belanda teramat besar untuk menang, Uruguai sebagai Tim terakhir dan satu-satunya yang mewakili benua Amerika Latin mendampingi tiga semi finalis Eropa lain, Jerman, Spanyol dan lawannya Belanda, akan memberi ruang pertimbangan pebisnis sepa-bola untuk mendorong dua benua ke final. Invisible hand (tangan tersembunyi) dan sebuah konvensi di bawah sadar kadang menghantui para pebisnis seputar perhelatan akbar dunia itu. Karena itu, kesebelasan asuhan Bert van Marwijk sebaiknya berhati-hati pada faktor X yang, suka tidak suka, sering menyelinap ke ruang sportivitas itu.

Agak di luar dugaan, bahwa Tim Eropa yang dihitung masuk empat besar seperti Itali dan Perancis tersingkir awal memberi ruang pada benua Amerika untuk mengikut sertakan lebih banyak Tim-nya ke 4 besar, setidaknya delapan besar. Namun, hanya tim 'underdog' Uruguai menjadi satu-satunya wakil Amerika setelah Brasil, Argentina dan akhirnya Paraguai kandas di perempat final. Dengan tersisa Urugai yang harus menghadapi Belanda, bukan mustahil pengkondisian Kesebelasan Oranye untuk bukan hanya melawan Kesebelasan Uruguai, tetapi juga harus melawan Wasit dan rasa keberpihakkan "non-Eropa" dapat menyelinap ke ruang Piala Dunia, selain lengkingan vuvuzela yang tak jelas keberpihakkannya.

Apa pun hasilnya, laga Belanda dan Uruguai akan sangat dinikmati para pendukungnya di lebih dari sekedar dua benua, Amerika Latin dan Eropa. Perkiraan Belanda akan bertemu  Jerman di final Piala Dunia amat terbuka di atas kertas. Uruguai yang telah dua kali juara piala dunia, juga tampaknya sudah puas dapat masuk semi final, setelah permainan dramatis terakhir nan heroik untuk menyingkirkan wakil terakhir benua Afrika Ghana.

Kalau Uruguai akhirnya dikalahkan Belanda, sudahlah diperkirakan. Bila sebaliknya Uruguai malah memenangkan pertandingan, jangan terlalu dini menduga atau berada dalam alur pikir dan pretensi tulisan ini. Karena, akhirnya semua ingin menikmati fair-play, menang ataupun kalah. Bahwa, vuvuzela tidak akan pernah terlupakan lengkingannya di kuping penonton di stadion-stadion, atau sekedar yang menonton lewat tv. Dan wasit yang mimpin Belanda-Uruguai tidak (tergoda) berpikir untuk membantu dengan menjadi "keeper" ketiga di bawah mister gawang Uruguai di detik-detik terakhir yang menentukan....

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Olahraga Selengkapnya
Lihat Olahraga Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun