[caption id="attachment_204324" align="aligncenter" width="217" caption="Solidarity for Zahra (Doc: Sanusi)"][/caption] Tulisan ini didedikasikan untuk alamarhumah Zahra (8 th), putri tercinta rekan kami bapak Sanusi Reza. Ananda Zahra pastinya sekarang menjelma menjadi “malaikat” di surga sana… yang dengan senang dan ceria akan menggapai tangan ayah dan bundanya untuk naik bersamanya ke surga (by Ananto) 3 minggu sudah berlalu sejak kasus tabrak lari tersebut namun sampai detik ini nampaknya kasus ini masih jauh dari kata "closed" meskipun sekumpulan 'detektif goweser' sudah menemukan titik terang mengenai pelaku beserta saksi-saksinya. Besar harapan pihak polisi bisa lebih bertindak cepat sehingga warga Cikarang Baru tidak khawatir lagi dikarenakan pelaku masih berkeliaran dan bisa menyebabkan kejadian ini terulang lagi. Anyway...dalam tulisan ini saya tidak ingin menanyakan kinerja pihak polisi, meski dalam hati sangat ingin menayakannya... dan bertanya dengan keras ... "Pada siapa kita bisa mengadu?" *mode sedih. Yang ingin saya utarakan disini adalah hipotesa "kenapa sih...pelaku melakukannya?" Tabrak lari??? Mendengar kata itu pasti berjuta rasanya. Mengerikan dan sedih tidak terkira seandainya terjadi kepada diri sendiri, orang-orang terdekat kita atau kawan kita seperti yang saat ini terjadi. Geram dan marah...tentu saja... apakah sebegitunya orang tidak punya hati nurani dan rasa tanggung jawab, seperti yang pernah ditulis oleh bapak Amril TG dalam tulisan "Mempertanyakan Tanggung Jawab dan Nurani Pelaku Tabrak Lari" Tidak habis pikir... ya...kenapa bisa? apalagi seperti dalam kasus ini, terjadi di lingkungan perumahan sendiri (tentunya pelaku mudah dikenali oleh orang sekitar), dengan kondisi jalan sempit dan banyak polisi tidur yang tentunya mobil tidak akan melaju kencang dan kalaupun tertabrak karena lalai..efeknya seharusnya tidak sefatal ini (sampai meninggal). Iklhas dan sabar...itulah yang keluarga korban lakukan agar ananda Zahra di surga bisa tenang. Namun sebagi pembelajaran dan antisipasi buat kita semua, tentunya rekan-rekan goweser dan komunitas di Cikarang Baru tidak akan bertindak diam. Oke..kembali ke topik.. "Kenapa sih pelaku melakukannya?" Hipotesa sangat kuat adalah pelaku ingin terhindar dari suatu kerugian atau menutup aib dirinya. Dalam hal ini dengan sengaja pelaku kabur bahkan menancap gas lebih cepat karena tidak ingin ditangkap polisi / orang -orang dan dimintai tanggung jawab. Perilaku tersebut sudah masuk dalam kategori "kriminal". Disni saya mengasumsikan kenapa pelaku sampai melakukan tindak kriminal tersebut antara lain:
- Mungkin saja secara fisik yang bersangkutan dalam kodisi tidak sadar, seperti habis mabuk-mabukan, sehingga tidak dapat mengendalikan kemudi dengan baik dan kurang dapat memperhatikan lingkungan.
- Kontrol diri yang rendah dan bisa jadi disertai intelegensi yang kurang sehingga yang bersangkutan kurang dapat berfikir mana yang baik dan tidak. Buat pelaku yang penting adalah kepuasan atau pemenuhan kebutuhan dirinya yaitu selamat dari kejaran. Dalam hal ini dorongan-dorongan yang ada dalam diri pelaku lebih kuat daripada ego (logika) dan super egonya (norma-norma yang mengatur), sehingga pelaku tidak peduli meski dia tahu apa yang dilakukan salah dan melanggar norma-norma yang ada.
- Pelaku cenderung berbuat sekehendak hatinya (super ego lemah / tidak memperhatikan norma-norma) ini bisa jadi karena di masa kecilnya (pelaku yang diduga laki-laki) cenderung mempunyai hubungan yang tidak baik dengan sang ayah dan yang seharusnya belajar identifikasi diri dari sang ayah namun justu dengan ibunya dan pelaku. Kemungkinan lain pelaku kurang mempunya kedekatan kasih sayang dengan keluarganya (baik ibu atau ayah) di masa kecil.
- Lingkungan di sekitar pelaku, bisa jadi pelaku belajar dari media atau orang-orang disekitarnya yang kurang peka dan bertanggung jawab dan bisa jadi kurangnya bekal agama.
- Kemungkinan lain antara lain usia yang relatif muda, kepribadian yang cenderung suka mengambil resiko, dll...
Oke..apapun penyebanya, tulisan diatas hanyalah hipotesa mengenai dinamika yang mungkin terjadi kepada si pelaku. Apapun itu, seandainya memang pelaku orang yang normal (tidak gila atau mengalami gangguan jiwa lainnya) saat ini pastinya yangbersangkutan dalam kondisi tidak tenang dan dikejar-kejar rasa bersalah (dan tentu juga dikejar dalam arti sesungguhnya oleh polisi sebagai buronan). Manifestasi rasa bersalah ini kalau tidak ditangani dengan baik efeknya bisa seperti gunung es. Berawal dari perasaan tidak percaya diri, tidak layak dan tidak pantas mendapatkan hal-hal baik bahkan secara tidak sadar perilakunya menyabotase hal-hal baik yang terjadi pada dirinya serta cenderung mengkritik diri sendiri secara berlebihan. Perasaan ini bila tertanam dengan dalam akan menyebabkan yang bersangkutan mempunyai self image "Saya tidak baik" dan ini akan menghambat kesuksesan seseorang. Sungguh apabila pelaku masih muda dan tentunya jalannya masih panjang, masa depannya akan dipertanyakan. Rasa bersalah yang mungkin berusaha tidak diakui bisa menimbulkan penyakit "psikosomasis". Psikosomatisme (otonomi psikhofisiologis) ialah kondisi di mana sejumlah konflik psikis atau psikologis dan kecemasan menjadi sebab dari timbulnya macam-macam penyakit jasmaniah atau justru membuat semakin parahnya suatu penyakit jasmaniah yang sudah ada. Contoh dalam hal ini yang dialami oleh kakak ipar, kebetulan ybs mengalami musibah menabrak orang, meski sudah bertanggung jawab dengan keluarga korban karena besarnya rasa bersalah tiba-tiba beberapa hari setelah kejadian mata kanan kakak ipar tidak bisa melihat, setelah dicek oleh dokter spesialis mata, ternyata tidak ada kelainan apapun pada mata tersebut. Apa yang dialami kakak ipar bisa dipahami, karena sang kakak ipar ingin melupakan kejadian dan tidak ingin melihatnya, maka tubung (mata) merespon pikiran untuk tidak melihat. (Ingat masih ingat dengan tulisan saya tentang "Kekuatan Pikiran?"). Akhirnya seiring dengan hubungan yang baik dengan keluarga korban, mata kakak ipar pun bisa pulih kembali. ---- Buat pelaku lihatlah wajah cantik polos nan ceria alamarhumah Zahrah ini? suatu saat Anda mungkin menjadi bapak dari seorang putri. Coba renungkan apa yang Anda rasakan apabila ada diposisi ayah dari Zahra? [caption id="attachment_204325" align="aligncenter" width="403" caption="Zahra (Doc: Sanusi)"]
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H