Setelah FPI berikut polisi dan aparat penegak hukum lainnya terkapar alias bungkam bin tuli dan menjadikan kasus Zumi Zola menjadi tak jelas juntrungannya. Sekarang, para oportunis yang bisanya menggunakan momentum untuk kepentingan politis semata ternyata kembali lagi tak bisa berbuat apa-apa. Zumi Zola pejabat publik serta menduduki jabatan politik. Makanya mereka yang dulu koar-koar pada kasus Ariel-Luna Maya tak berani bicara lantang. Lalu bagaimana dengan yang baru ini beredar luas, yakni video pornografi yang diduga pelakunya adalah dua orang anggota DPR.
Anggota Badan Kehormatan DPR sudah berujar di media bahwa jika benar pelakunya adalah anggota DPR, maka bisa dikenakan sanksi Pergantian Antar Waktu (PAW) alias dipecat dari keanggotan dewan yang terhormat. Lalu bagaimana dengan kepolisian? Desas-desus yang beredar, katanya si pelaku perempuan adalah anak dari Gubernur Kalimantan Barat. Kalau memang demikian, ada yang berpendapat bahwa isu ini sengaja dihembuskan sebagai black campaign menjelang Pemilihan Gubernur Kalimantan Barat. Sementara yang namanya kepolisian itu nyatanya agak pekewuh kalau sudah berhadapan dengan kasus yang menyentuh pejabat negara baik pada lembaga eksekutif, yudikatif, dan apalagi legislatif alias DPR.
Namun, apabila berhadapan dengan kasus yang bekingan politiknya rendah seperti pada kasus Ariel, polisi demikian sigap dan getol. Ditambah lagi dengan adanya desakan ormas-ormas semacam FPI. Namun bagaimana dengan kasus sekarang ini. Apakah FPI berani bertindak sebagai polisi jalanan yang menggerebek ke sana kemari? Atau malah FPI takut berhadapan dengan organisasi underbow-nya PDI-P yang secara diduga pelaku video tersebut salah satunya berasal dari Fraksi FDIP. Sementara di akar rumput anggota PDI-P bisa dikatakan tidak sedikit jumlahnya sehingga jika FPI ingin menggerebek kediaman salah satu pelaku, pasti masih pikir berulang kali.
FPI pernah sesumbar akan terus memperkarakan artis-artis atau selebriti tanah air yang dinilai mengekspos pornografi. Apakah hal itu berlaku juga pada pejabat? we'll see.
Satu lagi selain FPI yang mau saya tongkrongin di depan televisi menunggu kemunculannya, adalah saudara Farhat Abbas bersama LSM sok suci-nya yang dulu pada waktu kasus Ariel tampak sangat vokal. Bahkan menyamakan Ariel dengan kriminal pelaku pembunuhan. Sekarang melempem nggak jelas dan lagi-lagi hanya demam musiman. Intinya orang-orang seperti mereka adalah sama, pahlawan-pahlawan boneka yang tampil bak grup boyband, naik daun sebulan dan redup berbulan-bulan. Saya ingin menyaksikan Habib Rizieq dan Farhat Abbas sehati sejiwa. Saya ingin melihat mereka tampil lagi menyuarakan moral sampai bikin budek semua orang.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H