Pandemi Covid 19 selama kurun waktu 2 tahun belakangan ini ternyata berbanding dengan melonjaknya pengguna internet di dunia ini. Hal ini  menjadikan media sosial menjadi sebuah entitas penting. Namun bijaklah ketika bermedia sosial, karena bisa menjadi sisi pisau yang tajam baik itu informasi positif atau negatif hal ini sangat bergantung pada kebijakan para penggunanya.
Dalam bermedia sosial, saat ini orang tidak perlu berbicara menggunakan mulut mereka, Â namun jari jemari tangan menjadi sarana penting dalam mengakses dan menyebar informasi, tanpa harus bertemu dan tatap muka. Orang-orang dimungkinkan bisa bermedia sosial dari mana saja, kapan saja, dimana saja, dengan siapa saja.
Yupzzz, Jarimu bisa menerkam mu, bak Harimau yang sewaktu- waktu bisa mengoyakmu. Seringkali kita membaca ungkapan "Jarimu Harimau Mu" tidak salah memang karena dengan satu jari kita untuk menulis, mengakses atau pun share hal yang Negatif bisa saja menjadi Bumerang bagi kita sendiri.
Zaman dulu Ungkapan Mulutmu harimaumu sepertinya sudah usang saat ini, justru jejak dari ujung jari sebagai Harimau buas melalui Berbagai media sosial menjadi harimau - harimau buas yang dengan mudah ditelusuri jejaknya.
Saring sebelum Sharing ini adalah hal yang tepat untuk mengantisipasi Terkaman Harimau di jari. Dunia saat ini sudah serba canggih dimana setiap informasi dengan mudah didapat, mengalir dan menyebar dalam hitungan detik melalui berbagai media sosial berbasis aplikasi.
Jari kita tentunya sangat berperan dalam membuat, menerima dan menyebar informasi tersebut. Sekali klik dengan Jari informasi bisa tersebar kemana-mana dan ke siapa saja. Era kebebasan saat ini ada didepan kita dimana kita bebas mengakses dan membagikan apapun melalui media sosial.
Namun ternyata banyak diantara kita yang kurang bijak menyikapi sehingga seringkali kebablasan dalam penggunaan Media sosial. Banyak yang tidak menelusuri kebenaran berita yang meluncur deras masuk melalui media sosial. Akhirnya berita yang belum tentu ada kebenaranya ikutan dibagikan dan menjadi berita Hoax yang meresahkan. Tanpa disadari kita ternyata menjadi bagian dari unsur keresahan itu. Akhirnya menjadi sebuah Ironi keterbukaan dimana Bom Waktu yang berisi Sampah Media Sosial siap meledak sewaktu- waktu dan bisa jadi penerima dan penyebar juga akan merasakan dampak Meledaknya Bom Sampah Media Sosial yang ikut dibuatnya.
Banyak informasi di media sosial yang belum tentu kebenarannya, dan ada yang tanpa menelusuri kebenaranya, ikut- ikutan klik berita ataupun informasi sampah di Media sosial dan membagikanya ke teman di Medsos serta berbagai grup yang diikuti.
Mungkin seseorang tersebut merasa bangga karena berperan sebagai penyebar berita yang belum tentu kebenaranya, bahkan ada yang ikut menulis  informasi yang belum tentu kebenarannya. Ketika keresahan timbul di Masyarakat akhirnya sang penerima dan penyebar juga ikut resah dan ketakutan.
Setiap orang bebas berbicara, curhat, mencela, menyindir, mengolok, mengadu domba di media. Jika saat Zaman Kompeni dulu jelas musuhnya siapa, namun kita saat ini hidup di alam kemerdekaan dimana teman yang tersinggung bisa saja jadi lawan yang menjatuhkan dan menyeret ke ranah hukum. Semua itu diawali dari sentuhan jari yang kadang tidak kita sadari.