Kamis, 27 September 2012, waktu menunjukkan 16.30, aku harus menjemput Indani. Rumah Indani dapat ditempuh 45 menit perjalanan darat, itu sudah termasuk turun naik penyebrangan di perigi, dan turun naik jalan yang bergelombang. Laju motorku, sengaja kupacu sedikit cepat, takut kemalaman, dan tentu saja hujan adalah salah satu kendala bagi pengendara sepeda motor sepertiku. Sesampai di rumah Indani, aku sih pamitan dulu sama nenek Indani, tak lupa minta didoakan agar proses perawatan berjalan lancar, tidak kurang satu apapun.
Soal rencana, selalu ingin matang, tidak saja soal bagaimana melakukannya, tetapi juga pada soal bagaimana memberikan kewenangan kepada setiap orang yang hendak membantu, juga inginnya matang. Waktu menunjukkan pukul 20.30 WIB, Hp ku berdering; ayah Indani contact, mengabarkan bahwa kurir pembawa Ayah Indani ke Sambas, tepat di Semangau; motornya rusak, kali ini rusak berat, kehabisan oli dan ngadat sendat, terpaksa harus ditarik ke bengkel terdekat, dan diinapkan semalam di sana. Sekedar berbagi pengalaman, lupanya mengganti oli menyebabkan mesin macet total ndak bisa muter, dan harus ganti beberapa onderdil mesin. Ini rusak susu sebelanga, karena nila setitik.
Jum’at dini hari, 28 September 2012. Waktu menunjukkan pukul 01.00; dering Hp ku bergemeretak di lantai yang dingin, tak ada yang berani menelponku malam – malam, kecuali seorang supir; aku dijemput taksi*, langkah kecil untuk perjalanan panjang mengawal cita – cita Indani. Dingin memang, tetapi itulah pekerjaan yang harus kulakukan, sebagai sebuah pilihan sadar, menjadi pekerja sosial adalah tawaran menarik sekaligus tantangan bagiku.
Cepatlah, begitu kusampaikan kalimat ini kepada Indani, untuk segera bangun dari tidurnya, karena perjalanan akan segera dimulai; 10 menit menunggu, kuhabiskan untuk merebahkan diri di kursi empuk taksi. Kalau aku punya mobil seperti ini, kurasa sedikit banyak bisa membantu hilangkan sedikit penat.
Pagi hari, 05.00 WIB kami sampai di Jln. Ali Anyang No 3B Pontianak. Memberikan kesempatan kepada keluarga Indani (Ayah dan Indani) untuk beristirahat sejenak, sebelum melakukan perjalanan panjang ke Jakarta, untuk sebuah ikhtiar manusiawi, ingin sembuh dari penyakit. Kringggggggggg Hp ku berbunyi kembali, rupanya dari redaksi TVRI Kalbar ingin membagi cerita Indani dalam berita Kalimantan Barat, aku menyanggupi selepas shalat Ashar di Kantor Redaksi TVRI.
Puihh...Ke Kantor Redaksi TVRI mengingatkan aku akan sebuah program yang kurancang bersama kawan – kawan di tahun 2004, program Mahasiswa Mengungkap, di mana salah satu kru Mahasiswa Mengungkap kini menjadi reporter sekaligus wartawan di TVRI, sebuah lanjutan karir secara vertikal.
Bincang – bincang di Redaksi TVRI sudah, kami langsung berangkat ke Bandara. Setelah mengikuti proses pemeriksaan kesehatan Indani, kami diberangkatkan dengan situasi delayed, penerbangan pukul 16.20 menjadi 18.30. Bummmmmmmmmmmmmm, pesawat berangkat tepat membawa kami, perjalanan selama 1 jam di dalam pesawat, kumanfaatkan untuk istirahat, tak kuasa menahan ngantuk. *Hoammmmmmmmmmmmmmmmmmm
Sesampainya di Jakarta, kami bergegas ke Asrama Rahadi Usman Kalimantan Barat, di Matraman, Jln. Ahmad Dahlan no 11 Matraman, Jakarta Timur. Asrama ini kami jadikan tempat istirahat, diantara aktivitas perawatan Indani di RSCM nantinya, yang dimulai pada tanggal 1 Oktober 2012, hari senin.
Hingga saat catatan ini ditulis, aku ingin sekali sampaikan terima kasih kepada Allah atas segala kemudahan yang kami dapatkan, atau pun atas ujian yang kami sanggupi. Terima kasih juga kepada para donatur, dermawan yang sudah menyisihkan hartanya, untuk membantu membeli tiket, pengurusan administrasi, transportasi, akomodasi untuk Indani dan keluarga agar bisa melanjutkan proses ke rujukan yang lebih maksimal.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H