Mohon tunggu...
bersahabat
bersahabat Mohon Tunggu... -

Selanjutnya

Tutup

Lyfe

Proporsi Gerakan Mahasiswa dalam Konstalasi Ancaman Komunis

10 Oktober 2016   01:54 Diperbarui: 10 Oktober 2016   02:41 50
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Tragedi penghianatan Gerakan 30 Septemper oleh partai komunis Indonesia (G30S-PKI) merupakan mata rantai klimaks gerakan revolusi mewujudkan system komunisme di Indonesia serta membabat habis konsepsi final asas serta falsafah Negara kita; pancasila. Catatan sejarah, rangkaian pemberontakan yang dilakukan oleh PKI telah beroperasi menelah ribuan jiwa tak berdosa demi ambisi revolusi jauh sebelum pembunuhan brutal kepada 6 tokoh panglima dalam sumur lobang buaya yang diabadikan dalam monumen kesaktian pancasila atau mancasila sakti sebagaimana kita kenal. Gerakan revolusi itu akhirnya dapat dilumpuhkan total oleh Orde baru dibawah komando Panglima Soeharto dengan menumpas habis tokoh-tokoh komunis diperkuat dengan TAP MPRS No. XXV tahun 1966 ditanda tangani ketua MPRS, Jenderal TNI AH. Nasution tentang pembubaran PKI dan larangan penyebaran faham komunisme, Marxisme dan leninisme. Pembantaian kepada PKI dilakukan secara massal.

Akar Komunisme dan PKI

Komunisme adalah sebuah ideologi yang pada awalnya merupakan manivestasi ketidakpuasan terhadap system kapitalisme. Komunisme berasal dari Manifest der Kommunistischen  karya monumental Karl Marx dan Friedrich Engels sebagai peletak utama.  Komunisme adalah Ideologi Politik dan ekonomi. Manifesto komunisme pada mulanya berupa analisis pendekatan terhadap perjuangan kelas; kelas proletariat dan borjuis. Kelas tertindas dan penindas. Dengan mengorganisir kaum tertindas, komunisme menerapkan misinya mewujudkan revolusi mengambil alih kekuasaan kaum borjuis. Komunisme sebagai penentang kapitalisme sangat anti terhadap akumulasi kepemilikan secara individual melainkan harus menjadi kepemilikan komunal. Secara umum komunisme berlandasan pada teori Materialisme Dialektika dan Materialisme Historis oleh karenanya tidak bersandarkan pada kepercayaan mitos, takhayul dan agama dengan demikian tidak ada pemberian doktrin pada rakyatnya, dengan prinsip bahwa "agama dianggap candu" yang membuat orang berangan-angan yang membatasi rakyatnya dari pemikiran ideologi lain karena dianggap tidak rasional serta keluar dari hal yang nyata (kebenaran materi).

Ideologi ini masuk ke Indonesia tahun 1913 diproklamirkan oleh H.J.F. Maria Sneevliet. Awal mulanya ia mendirikan Organisasi Politik bernama Indische Social Demokratische Vereeniging atau serikat sosial demokrasi India (ISDV). ISDV inilah yang, setelah melalui proses dinamika panjang, kemudian berganti nama menjadi Partai Komunis Indonesia (PKI) pada tahun 1920 setelah sebelumnya sukses merekrut para pengurus Organisasi Sarikat Islam diantaranya adalah pimpinan sarikat Islam Semarang yaitu Samaun dan Darsono. Dua tokoh inilah ketua PKI pertama. Namun akhirnya SI melakukan disiplin organisasi dengan mengeluarkan tokoh-tokoh yang menjadi anggota PKI. Perjalanan PKI berkembang pesat. Bahkan pernah menjadi kekuatan besar komunis dunia.

Ancaman Komunis & Proporsi Gerakan Ideologis Mahasiswa

Pembekuan PKI pada 1966 tidak lantas membabat habis bahaya komunis. Kendati TAP MPRS 1966 telah dengan tegas menyatakan larangannya dan masih berlaku hingga saat ini, namun indikasi simpul-simpul gerakan PKI hadir kembali ke tengah-tengah kehidupan berbangsa dan bernegara kita dan tentunya dengan kemungkinan akan tampil kembali sebagai racun ditatanan kehidupan Bangsa kita. Beberapa indikasi manifestasi gerakan komunis itu diantara lain; pengahapusan materi kurikulum sejarah penghiatan G30s/PKI, wacana permohonan maaf presiden atas tragedi pembantaian kepada PKI, masuknya kader-kader PKI ke dalam parlemen, pelenyapan pemutaran film G30s/PKI, tuntutan pencabutan TAP MPRS 1966, dan propaganda yang mencitrakan posisi PKI sebagai korban dan TNI serta semua elemen yang menentang PKI sebagai biang kerok pelanggaran HAM terhadap PKI. Upaya-upaya terus digulirkan secara massif melalui berbagai strategi, sarana dan propaganda.

Dalam konstalasi ini, gerakan mahasiswa idealnya tampil sebagai upaya preventif dengan turut serta melancarkan propaganda perlawanan terhadap PKI sesuai proporsi intelektual mahasiswa dengan kerangka operasional gerakan yang sistematis, terorganisir dan ideologis, mempersempit ruang massifnya propaganda komunis dan pembertajam kajian interpretasi ideologi keislaman serta keindonesiaan kita menjadi ideologi yang mampu hadir menjadi nilai dan ruh perjuangan dalam segala medan kehidupan berbangsa dan bernegara. Dengan modal inteletual dan idealisme, mahasiswa harus mampu menjadi agen penerjemah ideologi agar tidak stagnan sekedar menjadi doktrin belaka, melainkan harus senantiasa menjadi nilai yang dinamis, hidup, menginspirasi dan diperjuangkan sehingga tidak ada ruang sedikitpun untuk kemungkinan ideologi pemberontak kembali melancarkan aksi mengursakan terhadap nilai-nilai dan tatanan yang sudah mapan. Wallahu a’lam

Ditulis Oleh Mufti Shohib Sebagai Materi Kajian bersama mahasiswa STAIS Bangkalan

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun