Negara yang besar adalah negara yang mampu menegakkan kedaulatan serta menjaga kewibawaannya. Kewibaan suatu negara bisa dilihat dari kebijakan-kebijakan yang ditelurkan oleh pemimpinnya. Dengan kewibawaan tersebut, suatu negara bisa dihargai dalam pergaulan internasional.
Diera kemerdekaan ada Soekarno yang mampu menunjukkan besarnya bangsa Indonesia kepada dunia Internasional. Soekarno sukses mengangkat harkat dan martabat Indonesia di mata dunia sebagai sebuah bangsa yang merdeka. Dalam waktu yang tidak lama, Indonesia mendapatkan pengakuan dunia Internasional sebagai bangsa yang merdeka.
Begitu juga pasca reformasi, Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) mampu meyakinkan dunia bahwa Indonesia sudah lebih baik dan siap menghadapi tantangan global. Hutang negara kepada IMF dapat ia tuntaskan. Selain itu, demokrasi dan hukum tumbuh subur tanpa pandang bulu. Hal tersebut membuat Presiden RI ke 6 ini mendapat banyak penghargaan dari dunia Internasional. Dia disegani lawan politiknya di dalam negeri dan dihormati oleh pemimpin dunia lainnya.
Namun pepatah yang magatakan hidup itu bagaikan roda sepertinya mempengaruhi perjalanan bangsa ini. Empat tahun kepemimpinan di bawah Joko Widodo, bangsa ini lambat laun menjadi bahan olok-olokan. Tidak hanya olokan dari bangsa luar, tapi jadi bahan olok-olokkan bagi anak negeri sendiri.
Lihat saja kumpulan video Joko Widodo (Jokowi) dalam bahasa Inggris di YouTube. Terlihat disana Jokowi terkesan memaksan untuk berbahasa Inggris, dan hasilnya membuat siapa saja yang melihat menepuk jidat sendiri. Belum lagi ulasan-ulasan media internasional yang banyak membongkar gaya dan siasat kepemimpinan Jokowi yang terkesan negatif.
Selain itu, tingkah pongah anak dan pendukung Jokowi yang membuat video clip di halaman istana negara juga dinilai banyak pihak menurunkan kewibawaan negara di mata rakyatnya. Negara seakan dijadikan olok-olokan bagi pendukung Jokowi. Miris.
Terbaru kewibawan tercoreng karena kebijakan Jokowi mengangkat Plt Gubernur Jawa Barat dari Kepolisian. Hal ini tentunya memunculkan ketakutan banyak pihak akan kembali hidupnya Dwifungsi ABRI. Jokowi dianggap bermain api dengan mendorong kembali perwira aktif Polri keranah politik.
Negara saat ini darurat kewibawaan di bawah pemimpin yang pudar kewibawaannya. Negara diatur dengan kepentingan kekuasaan dan keinginan kelompok tertentu. Jika suara tak lagi di dengar, maka pengadilan jalanan sudah saatnya kembali dibuka. Satu kata untuk itu, LAWAN.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H