Pemindahan Ibu Kota Nusantara (IKN) ke Kalimantan Timur menjadi sejarah baru di Indonesia. Hal ini merupakan pertama kalinya Indonesia memindahkan ibu kota secara resmi sejak merdeka tahun 1945. Perpindahan ibu kota ini tentunya berdampak langsung pada dinamika sosial, ekonomi, dan lingkungan baik di IKN maupun daerah sekitarnya.Â
Menurut data Badan Pusat Statistik (BPS) Kalimantan Timur, jumlah penduduk di Kalimantan Timur tembus hingga 4 juta jiwa pada tahun 2024. Pertumbuhan penduduk di Kalimantan Timur pada tahun 2024 juga  yang paling tinggi di Indonesia, yaitu sebesar 1,93%. Sebagian besar pertumbuhan penduduk disebabkan karena adanya migrasi masuk. Ribuan tenaga  kerja dan pengusaha bermigrasi ke Kalimantan Timur untuk memanfaatkan peluang baru di sektor bisnis.
Menurut teori klasik yang dipelopori oleh Adam Smith, pertumbuhan penduduk dipandang sebagai faktor yang berdampak positif terhadap pertumbuhan ekonomi. Dengan bertambahnya jumlah penduduk, jumlah tenaga kerja yang tersedia juga meningkat, sehingga lebih banyak tenaga yang dapat dimanfaatkan untuk menggarap lahan dan meningkatkan output. Dalam pandangan ini, pertumbuhan penduduk selaras dengan pertumbuhan ekonomi karena tenaga kerja menjadi pendorong utama produksi.Â
Pertumbuhan ekonomi Kalimantan Timur menunjukkan tren positif dalam beberapa tahun terakhir, menjadikannya salah satu daerah dengan kontribusi ekonomi signifikan di Indonesia. Berdasarkan data BPS, PDRB Kalimantan Timur terus meningkat secara konsisten, mencapai angka Rp537,63 triliun pada tahun 2023. Angka ini menempatkan Kaltim di posisi ke tujuh secara nasional dalam kontribusi terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) Indonesia, sekaligus menjadikannya daerah dengan perekonomian terbesar di Pulau Kalimantan.
Namun, di balik pertumbuhan ekonomi yang pesat ini, provinsi Kalimantan Timur masih menghadapi kesenjangan ekonomi yang mencolok. Ketimpangan dalam pendapatan dan akses layanan dasar menjadi hal krusial yang menghambat pemerataan kesejahteraan masyarakat.
Tingkat ketimpangan pengeluaran penduduk di Kalimantan Timur menunjukkan tren penurunan. Berdasarkan data BPS Kalimantan Timur, Gini Ratio pada Maret 2024 tercatat sebesar 0,321, turun tipis dibandingkan Maret 2023 yang sebesar 0,322. Meskipun angka ini menunjukkan perbaikan dalam distribusi pendapatan, tantangan besar masih dihadapi dalam penyediaan layanan dasar bagi masyarakat, khususnya akses terhadap air minum aman. Akses air minum yang aman merujuk pada ketersediaan air minum yang memenuhi standar kualitas kesehatan dan layak untuk dikonsumsi tanpa risiko terhadap kesehatan masyarakat.
Minimnya akses air minum aman menjadi salah satu indikator yang mempertegas kesenjangan ekonomi di Kalimantan Timur. Berdasarkan data dari Sistem Informasi Manajemen Air Minum dan Sanitasi (NAWASIS), hanya 13,32% penduduk Kalimantan Timur yang memiliki akses air minum aman. Angka ini jauh lebih rendah dibandingkan rata-rata nasional yang mencapai lebih dari 70%. Sementara itu, kota-kota besar seperti Samarinda dan Balikpapan menikmati akses air minum layak yang lebih baik dibandingkan daerah terpencil seperti Mahakam Ulu.
Ketimpangan ini tidak hanya berdampak pada kesehatan masyarakat, tetapi juga membatasi potensi ekonomi daerah yang kurang terlayani. Keterbatasan akses terhadap air bersih membuat masyarakat di daerah terpencil harus mengeluarkan biaya lebih tinggi untuk memenuhi kebutuhan dasarnya sehingga memperbesar beban ekonomi mereka atau harus mengalokasikan waktu untuk mengambil air dari sumber jauh, sehingga menurunkan produktivitas ekonomi mereka.
Pembangunan IKN di Kalimantan Timur membawa peluang besar bagi pertumbuhan ekonomi, tetapi juga menimbulkan tantangan baru terkait pemerataan pembangunan. Wilayah-wilayah yang jauh dari pusat IKN berisiko tertinggal jika perhatian terhadap infrastruktur dasar, seperti akses air minum aman, tidak ditingkatkan. Pemerataan infrastruktur di seluruh wilayah Kalimantan Timur menjadi krusial agar pembangunan tidak hanya terpusat di kawasan inti IKN, tetapi juga mampu mendorong kesejahteraan masyarakat di daerah terpencil seperti Mahakam Ulu dan Kutai Barat.
Ditulis oleh: Awangga Wisena Aji, Nur Qalbi. MR, Sadiyyah Mahardika Setyo P. (Mahasiswa Politeknik Statistika STIS)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H