Mohon tunggu...
Berry Budiman
Berry Budiman Mohon Tunggu... lainnya -

Editor sastra, penulis, pengajar.

Selanjutnya

Tutup

Humor

Punyaku Sebesar Ini!

24 November 2012   01:56 Diperbarui: 24 Juni 2015   20:45 1170
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humor. Sumber ilustrasi: PEXELS/Gratisography

Roman yang sudah lama jatuh cinta dengan Dewi, sekali pun tidak pernah berani mengungkapkan perasaannya. Janggal saja rasanya, ia merasa tak cukup tampan untuk menarik perhatian gadis pujaan para pegawai kantor itu.

Namun bumi itu bulat. Nasib orang selalu berputar. Roman melihat tanda-tanda ini setelah Dewi diputuskan kekasihnya yang seorang pemain bola (entahlah, wajahnya sepertinya keturunan Nigeria—kenapa begitu spesifik?; Nigeria dan kamerun ada bedanya gitu?)

Dengan malu-malu (dua bulan menunggu), Roman mendekati Dewi. Dan ia pun di acuhkan wanita itu. Saran seorang teman, menyadarkannya sekejap. Benarkah Dewi seorang penyuka seks? Maka, bawalah benda yang mewakili ukuran ”Mr.P-mu” untuk membuatnya terkesan. Ah, sungguh tak masuk akal namun menggoda pula untuk dicoba. Siapa tahu berhasil!

Roman: Aku menyukaimu, maukah menikah denganku?

Dewi: Jangan bercanda di pagi buta!

Roman bersungut, rona mukanya memerah malu. Pelan-pelan ia menunjukkan sebuah tabung-hitam silinder sebesar senter (diameter 8 cm, panjang 15 cm). Dengan lembut dan ragu, ia meyakinkan Dewi.

Roman: Punyaku sebesar ini!

Dewi: Apa maksudmu! Kau sudah gila ya ... pergi dari hadapanku!

(Dewi melempari buku-buku akuntan di mejanya untuk mengusir Roman)

*

Bulan berganti. Sebuah kabar maha gempar dan maha janggal tersebar di telinga-telinga pegawai kantor: Roman dan Dewi akan menikah!

Mereka pun berbondong-bondong menghadiri pesta pernikahannya. Seolah ingin menyaksikan dengan mata kepala sendiri, tentang keajaiban yang sama jarangnya dengan kemunculan komet halley itu. Dan itulah yang mereka dapatkan, seekor dara yang bersanding dengan kukang, Ya, ya. Roman berperawakan tinggi (kadang rasanya ukuran tangan dan kakinya tidak proporsional), kurus dengan wajah kuyu seperti lelaki yang bosan hidup. Sementara Dewi berkulit putih, mulus, berbadan model majalah remaja dan senyuman yang mampu meruntuhkan Tembok Berlin.

Lengkap sudah keheranan mereka setelah dilengkapi oleh kebahagiaan mereka yang tak henti saling berpegang tangan dan tertawa kecil di pelaminan. Oh, dunia mungkin memang akan kiamat! Tutur Maryono, direktur yang belum juga mendapat jodoh.

*

Malam Pengantin

Dewi menunggu Roman di ranjang mereka yang empuk dan ditaburi bunga mawar. Tak terbilang betapa gugupnya bercampur senangnya sang suami, bayang-bayang ”nakal” segera menyelusup dalam pikirannya.

Ia mendekat. Tak lagi berbusana (kecuali CD). Dewi tersenyum malu. Ia memandang suaminya. Namun, tiba-tiba mimiknya berubah.

Dewi: Apa itu?

Roman: Apa sayang!

Dewi : Jangan panggil aku sayang, kau menipuku !

Roman: Maksudmu apa?

Dewi: (ia bangkit dan meraih tabung pemberian suaminya yang ia simpan) Katanya punyamu sebesar ini! (tampangnya seperti akan menelan Roman hidup-hidup)

Roman: (terdiam, pelan-pelan ia mengambil tabung itu) Aku tidak bohong sayang. (Ada sebuah bagian dalam tabung yang ia geser dan membuat tabung itu terbuka)

Dewi: ...

Roman: Punyaku memang sebesar ini (menunjukkan sebuah baterai remote televisi yang ada di dalam tabung hitam itu)

Dewi: TIDAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAK!!!

--

(Jangan pernah takut mencoba, selama ada kemauan di sana ada jalan)

(Lihat dulu sebelum membeli)

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humor Selengkapnya
Lihat Humor Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun