Hari ini beredar dokumen yang sangat menghebohkan, dan bila terbukti benar maka dapat dipastikan akan menghancurkan kesempatan Jokowi menjadi Presiden Indonesia atau setidaknya secara signifikan menggerogoti kredibilitas Jokowi. Dokumen tersebut adalah transkrip rekaman antara Jaksa Agung Basrief Arief dan Ketum PDIP Megawati Soekarnoputri:
"Basrief Arief: Terima kasih bu, arahannya sudah saya terima, langsung saya rapatkan dengan teman-teman.
Â
Megawati: Itu anu, sampean jangan khawatir, soal media saya ke Pak Surya, nanti beliau yang berusaha meredam.
Â
Basrief Arief: Makasih bu, eskalasi pemberitaan beberapa hari agak naik, tapi alhamdulillah trendnya mulai menurun. Tim kami sudah menghadap Pak Jokowi meminta yang bersangkutan agar tidak terlalu reaktif ke media massa.
Â
Megawati: Syukurlah kalau begitu, intinya jangan sampai masalah ini (kasus Transjakarta) melemahkan kita, bisa blunder hadapi Pilpres, tolong diberi kepastian, soal teknis bicarakan langsung dengan Pak Trimedia dan mas Todung, aku percaya sama sampaean.
Â
Basrief Arief: Tadi sore kami sudah berkoordinasi, insya Allah semuanya berjalan lancar, mohon dukungan dan doanya bu. Saya akan berusaha maksimal, Pak Trimedia juga sudah menjamin data-datanya.
Â
Megawati: Amien, semua ini ujian, semoga tidak berlarut-larut, apa sih yang enggak dipolitisir, apalagi situasi kini makin dinamis, tapi saya percaya sampean dan kawan-kawan bisa meyakinkan ke media, saya percaya bisa diatasi, jangan kasus ini Pak Jokowi jadi terseret dan membuat agenda kita semua berantakan.
Â
Basyrief Arief: "Insya Allah saya usahakan, sekali lagi terima kasih kepercayaan ibu kepada saya dan teman-teman, kita komit kok bu, untuk urusan ini (kasus Transjakarta) saya pasang badan."
Entah apakah transkrip ini benar atau tidak tapi seperti sudah dapat diduga, pihak Kejaksaan Agung dan pihak Timses Jokowi-JK sudah membantah. Terlepas dari bantahan para pihak, namun saya cenderung menilai kemungkinan besar transkrip tersebut benar dengan beberapa alasan berikut:
Pertama: tidak seperti "bocornya" surat Jokowi ke Kejagung dan DKP, sejak awal pembocor transkrip percakapan di atas langsung mengakui dan menyatakan siap bertanggung jawab yaitu Ketua Progress 98, Faisal Assegaf. Saya tidak kenal pembocornya, namun sulit percaya bahwa yang bersangkutan akan berani pasang badan bila dia tidak yakin bahwa transkripnya asli, minimal pasti sudah mendengar rekaman yang menjadi dasar pembuatan transkrip.
Kedua: Membaca kalimat yang diucapkan tokoh Megawati saya melihat sepertinya memang itu tata bahasa Megawati. Silakan bandingkan dengan cara bicara Megawati yang sudah beredar selama ini.
Ketiga: penyebutan nama Trimedya Pandjaitan oleh sosok Megawati masuk akal karena Trimedya adalah anggota Komisi III sedangkan Polri maupun Kejaksaan Agung adalah mitra kerja Komisi III. Baru-baru ini Trimedya juga tertangkap basah bertemu anggota Polri aktif yaitu Komjen Budi Gunawan dan komisioner KPU Hadar Gumay yang diduga untuk membocorkan soal debat kepada Jokowi.
Keempat: Penyebutan nama Todung Mulya Lubis juga masuk akal sebab "senjata andalan" yang bersangkutan dalam berpraktek selama ini adalah jaringannya kepada petinggi negara dan hal tersebut dia gunakan untuk melakukan lobi-lobi kepada petinggi negara untuk kepentingan kliennya sekalipun ada beberapa lobinya yang jelas-jelas melanggar hukum, contoh: