Mohon tunggu...
Berny Satria
Berny Satria Mohon Tunggu... Wiraswasta - Penulis bangsa

Bangsa yang Besar adalah yang berani berkorban bagi generasi berikutnya

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Belajar pada Ombak

2 Januari 2024   16:21 Diperbarui: 2 Januari 2024   16:28 235
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cimaja Surfing contest


Di pinggir pantai aku duduk sambil menikmati secangkir kopi panas sambil melihat ombak laut yang saling bersusulan.

Setiap 10 detik selalu ada ombak yang seolah berlomba dengan ombak di depannya. Terus mengalir ke pinggir sampai ia berakhir menjadi buih, begitu seterusnya.
Mereka seolah saling mendahului tetapi tak ada satu ombakpun yang mengacau ombak lainnya.

Aku sejenak merenung, bahwa dalam kehidupan pun kita seperti ombak. Berpacu dengan dinamika dunia untuk mendapatkan hasil yang diinginkan. Namun sehebat-hebatnya kita, setinggi-tingginya pencapaian kita, tetap saja kiprah kita akan berakhir seiring waktu. Kemudian lahirlah generasi berikutnya yang meneruskan visi dan misi kita. Tinggal apa visi dan misi kita, itu yang sering menimbulkan friksi dan benturan kepentingan.

Friksi dan benturan itu terjadi karena saling merasa paling berhak mendapatkan tujuan yang diinginkan, paling pantas menuainya. Sehingga tatkala ada orang lain yang lebih baik, banyak yang cenderung berusaha mematahkan orang yang dianggap saingan itu.

Mengapa Kita tidak belajar pada ombak. Saling berkejaran, namun tidak saling menghancurkan, tidak saling sikut. Mereka muncul dengan berbagai ketinggian, namun tak ada satupun ombak yang menghancurkan gelombang yang lainnya.

Jikalau kita mengambil pelajaran ini, sesungguhnya masing-masing kita pasti akan mencapai apa yang dituju, tergantung usahanya. Pembunuhan karakter orang lain dengan menyebar fitnah karena sifat ke "Aku" an yang merajai perilakunya.

Para nabi adalah manusia yang menguasai ilmu ke Aku an. Ia dapat mentransfer isi kepalanya kepada manusia lain sebagai lawan bicaranya, tanpa pemaksaan ataupun intimidasi. Bahwa manusia itu adalah salah satu makhluk ciptaan yang berfungsi sebagai sentral dari alam semesta. Ketika manusia saling menghancurkan, maka makhluk lainnya pun akan hancur.

Jika ke Aku an yang merajai kesadarannya, maka manusia itu akan menimbulkan kerusakan serta cenderung menghalalkan segala cara demi mencapai apa yang "dibisikkan" oleh ke Aku annya.

Para nabi adalah orang-orang yang memahami karakter kehendak Yang Maha Dahsyat. Mereka memahami, bahwa jika manusia saling menghancurkan, maka umat manusia akan punah dari alam semesta. Jika manusia punah, maka punah pula kehidupan alam semesta ini.

"Janganlah melakukan sesuatu pada orang lain yang kita sendiri tidak suka diperlakukannya".
Itu kunci kedamaian.

Mari kita belajar pada gerak ombak yang seolah saling berkejaran namun tidak saling menghancurkan.

Cimaja, 2 Januari 2024

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun