Bagaimana tidak, permainannya tahun ini di China open sangat menguras tenaga dan jarang kejuaraan dunia seperti ini dapat di  menangkan hingga menuju semifinal dengan 3 babak penuh alias Rubber set !
Skornya juga terlihat pada kejuaraan badminton pada babak semifinal tunggal putra ini saling berkejaran melawan wakil dari Denmark, Anders Antonses. Ginting menang dengan rubber game dan permainan yang "cantik" sekalipun babak pertama kalah tipis, masing-masing dengan skor 18-21, 21-5, dan 21-14. "sinting" bukan ?
Berikut perhatikan langkah menuju Final dengan seksama skor rubber game. Permainan antony Ginting menuju Final China Open melawan pebulu tangkis nomor 1 dunia, sekaligus musuh bebuyutan Kento Momota, Jepang.
1. Anthony Ginting harus melewati pertarungan sengit melawan Nishimoto dengan skor 21-14, 19-21, dan 21-13. Perhatikan skornya tidak berjauhan, ini pastilah menguras tenaga.
2. Selanjutnya melawan wakil dari India, Sai Praneeth B, dengan skor 16-21, 21-6, 21-16, di lapangan 2 Olympic Sports Center Xincheng Gymnasium, Changzou, China. Ini lagi lagi, Ginting awalnya kalah, dan akhirnya menang 2 babak kemudian.Â
Ini membuktikan, selain taktik permainan dan mental kuat, juga jelas di butuhkan ketahanan fisik yang tangguh bagi pemain bulu tangkis. Saya jadi, ingat Susi susanti yang pernah mengalahkan lawannya di olimpiade, padahal ia ketinggalan jauh dari lawannya !
Semoga dengan modal tahun lalu, Anthony mengukir prestasi tertinggi dengan menjuarai China Open yang merupakan turnamen BWF World Tour Super 1000. Anthony kembali sukses menjadi juara usai menaklukkan pemain andalan Jepang, Kento Momota, dengan skor 23-21, 21-19 ( 2018) yang kini menjadi lawannya di final China Open 2019.
Kita juga berharap, final tahun ini menarik dan seru karena bertemunya 2 musuh bebuyutan. Permainan Antony Ginting yang lebih sering cerdik memamfaatkan strategi bola pendek alias permainan "net" dapat dengan gagah mengalahkan lawannya.Â
Kita akan menyaksikan pertandingan luar biasa ini final China Open. Tentu saja, lawan sudah memperkirakan bagaimana faktor kelelahan fisik Ginting ketika lolos final, tapi saya yakin, fisik Ginting yang memang "sinting" menuju final ini, tidak akan kendor, mengingat tahun ini Ginting belum meraih gelar, berbeda dengan tahun lalu yang mendapatkan 2 gelar dunia.
Mari kita saksikan segera pertandingan final paling menentukan ini dalam waktu dekat Antony Ginting peringkat 8 dunia melawan nomor 1 dunia.Â
Semoga peringkat angka delapan yang identik dengan lambang "no limit" dalam mate-matika ini dapat terus tanpa "limit" menghajar permainan wakil dari Jepang. Ayo , Indonesia. Ginting, Juara !
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H