Mohon tunggu...
Bernorth M
Bernorth M Mohon Tunggu... Administrasi - Volunter, Penulis, Pengembang Aplikasi

WWW.BONUSDEMOGRAFI-INSTITUTE.ORG Kopiholic # Untuk Kolaborasi, ide & saran email : bonusdemografi2020@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Olahraga Pilihan

Dahsyatnya Momentum Prestasi Asian Games 2018 Bagi Pembangunan Nasional

1 September 2018   17:46 Diperbarui: 2 September 2018   10:11 718
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Pada tahun 2012, Atlet Angkat Besi, Eko Yuli Irawan, yang saat ini meraih prestasi medali emas pada Asian Games 2018, pernah menyampaikan kepada salah satu media, bahwa sebenarnya prestasi Indonesia di Olimpiade London akan mampu lebih baik jika cabang olah raga yang ia geluti memiliki sistem pembinaan lebih terencana dan persiapan di laksanakan dengan cukup. Saat Olimpiade London, Eko berhasil meraih perunggu dengan persiapan latihan dengan alat yang layak satu bulan menjelang turnamen ! Jelas pola persiapan ini tidak terlihat terencana apalagi terukur. Bencana olah raga Indonesia saat itu bisa di katakan berada pada titik nadir, dengan hanya memperoleh 2 medali yaitu 1 perak dan 1 perunggu. Pada tahun 2016, juga tidak terlihat perubahan begitu signifikan dengan meraih 1 medali emas dan 2 perak.

Hingga sore ini, tanggal 1 September 2018, Indonesia telah meraih 31 medali emas Asian Games, yang sangat melebihi target awal pemerintah, yaitu 16-20 medali emas.Tentu saja ini hal yang membanggakan, paling tidak dari 45 negara yang terlibat dalam pesta olah raga terbesar Asia ini, Indonesia mendominasi perolehan medali dengan menduduki rangking 4. Namun, tentu saja persiapan terdekat kompetisi akbar olah raga terbesar dunia Olimpiade Jepang, siap menantikan prestasi para atlet kita tahun 2020. Pertanyaannya sekarang, seberapa besar peluang Indonesia mampu menggenggam medali Emas Olimpiade ?

Untuk itu, mungkin kita bisa mengadaptasi dan mengambil salah satu slogan militer yang telah menjadi doktrin para "pendekar" pertahanan bangsa kita ; lebih baik mandi keringat saat latihan, daripada mandi darah saat pertempuran. Tak ayal, sudah menjadi kewajiban bagi setiap atlet untuk berlatih secara serius dan di bina dengan lebih terstruktur oleh pemerintah melalui Kementerian Pemuda dan Olah Raga ( Kemenpora ) agar menghasilkan prestasi optimal sehingga kerja keras dan fokus para atlet tidak hilang percuma sehingga dapat membanggakan diri, keluarga, dan bangsa.

Jangan sampai,momentum prestasi Asian Games tidak mendapatkan panggungnya pada Olimpiade (2020-2024 ) dan menjadi sia-sia hanya karena sistem pembinaan tidak di tingkatkan. Adaptasi sistem pengembangan pembinaan atlet agar lebih kompetitif  berkelas dunia, salah satunya adalah dengan konsep Long Term Athletes Development ( LTAD )yang telah banyak di implementasikan oleh negara-negara Eropa dan Amerika. Sistem pola pembinaan terpadu ini memiliki konsep inti dari pelatihan, kompetisi dan pemulihan atlet. Fokus LTAD menitik beratkan pada atlet yang di dukung dengan pelatih yang tepat, administrasi, ilmu olah raga, serta sponsor sehingga atlet akan menjalankan program pelatihan & kompetisi yang lebih terukur sesuai dengan periodisasi usia biologis dan perkembangan kebutuhan.

Kita tentu saja patut mengapresiasi kerja keras pemerintah dalam sistem olah raga yang hasilnya sudak terlihat baik ini, namun jangan sampai kembali terbengkalai karena euforia kepuasan prestasi Asian Games  atau mengulangi kembali kebobrokan sistem olah raga yang tumpang tindih tanggung jawab seperti kebijakan di masa lalu ketika menjelang Olimpiade, baru  sibuk mempersiapkan segala sesuatunya sehingga menimbulkan dampak permasalahan dana, sponsor, ataupun kerancuan sinergi instansi terkait saling melempar tanggung jawab.

Gagasan besarnya adalah jika bangsa kita telah mampu berprestasi moncer di Asian Games 2018, boleh jadi sistem pembinaan olah raga sudah berada pada jalur yang tepat dan efektif. Bila demikian, para pemegang kunci kebijakan hanya perlu melipatgandakan profesionalitas tata kelola pembinaan atlet menjadi lebih efisien dengan memprioritaskan pada cabang olah raga yang memiliki potensi dan kesempatan besar menggengam medali.

Dengan tolak ukur dan bercermin dari prestasi Asian Games 2018 dan Sea Games 2017, maka bisa kita ambil sebuah kesimpulan, Pencak silat bisa menjadi prioritas walaupun masih dalam tahap eksibisi. Paling tidak ini adalah pemanasan sebelum 100 persen masuk menjadi pertandingan utama Olimpiade. Selain itu, efek dominonya tentu saja dengan mensosialisasikan pencak silat sebagai warisan budaya bangsa, akan berefek kepada industri pariwisata Indonesia. Sekali merengkuh dayung, bangsa kita mendapatkan dua mamfaat. Selain itu cabang olah raga angkat besi, panjat tebing, balap sepeda, panahan, dan terakhir dedengkot cabor bulu tangkis di harapkan menjadi unjuk taji mengharumkan nama bangsa.

Olimpiade tahun 2020 juga merupakan penanda tahun "emas"  bagi negara Indonesia, karena pada tahun tersebut hampir 50 persen bonus demografi akan merubah struktur penduduk Indonesia, di mana jumlah usia produktif kaum muda bertumbuh semakin besar. Jika mengacu pada data KPU ( Komisi Pemilihan Umum ), akan ada pemilih usia produktif muda sekitar 93 juta ( 17 tahun-35 tahun) pada tahun 2019. Ini jelas potensi besar bagi pemerintah untuk menemukan bibit pemain muda dan regenerasi atlet dengan lebih cepat. Bahkan, hingga tahun 2028-2030 rentang usia muda ini masih terus bertumbuh dan mengalami puncaknya. Dengan begitu, 3 musim Olimpiade ( Tahun 2024,2028, 2032 ) Indonesia memiliki kesempatan besar untuk menciptakan atlet-atlet yang berpotensi merebut banyak medali jika di bina dengan serius sedari dini saat ini.

Mewujudkan impian meraih medali emas di pagelaran olah raga terbesar dunia Olimpiade sesungguhnya terbuka lebar dan dapat kita tingkatkan menjadi lebih progresif sehingga jika hal itu terwujud akan semakin menanamkan kepercayaan diri dan semangat yang berapi-api kaum muda untuk berkontribusi nyata membangun bangsa di berbagai sektor sekaligus membuktikan bahwa bangsa kita adalah bangsa yang tidak hanya di kenal karena puluhan ribu pulau atau begitu terkenal dengan sumber daya alamnya, namun lebih di kagumi karena prestasinya sehingga kepercayaan diri generasi muda berprestasi tersebut juga akan memberikan dorongan pemantik semangat gigantik bagi seluruh warga negara agar lebih produktif dan profesional di bidangnya masing-masing, bahwa ternyata kita mampu bersaing dengan dahsyat dalam taraf level internasional. Inilah energi kaum muda yang sesungguhnya, energi sebagai agent of change !

Jika demikian adanya, tidak ada satupun alasan lagi bagi bangsa kita untuk tidak dapat menjadi poros 10 kekuatan ekonomi dunia , seperti yang banyak di proyeksikan oleh negara lain. Saat itulah, proklamasi yang menyatakan kemerdekaan bangsa kita yang di gelegarkan oleh Bung Karno dan Hatta , juga menyatakan keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia..

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Olahraga Selengkapnya
Lihat Olahraga Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun