Mohon tunggu...
bernardus Jebatu
bernardus Jebatu Mohon Tunggu... Guru - Guru SMA Santo Antonius Jakarta

Hallo guys, saya adalah seorang pribadi yang ingin terus menerus belajar banyak hal, karena saya bergerak di dunia pendidikan. Saya seorang guru yang memiliki impian besar untuk memajukan pendidikan di Indonesia. Saya ingin untuk terus berkarya demi diri sendiri dan orang banyak yang ingin membaca.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Koneksi Antarmateri Modul 2.3 Kesimpulan Coaching untuk Supervisi Akademik

14 Mei 2024   10:58 Diperbarui: 14 Mei 2024   11:11 116
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

2.3.a.8. Koneksi Antarmateri - Modul 2.3

Tujuan Pembelajaran Khusus: CGP menyimpulkan dan menjelaskan keterkaitan materi yang diperoleh dan membuat refleksi berdasarkan pemahaman yang dibangun selama modul 2 dalam berbagai media

Apa kesimpulan Coaching untuk supervisi Akademik?

Supervisi akademik merupakan serangkaian aktivitas yang bertujuan untuk memberikan dampak secara langsung pada guru dan kegiatan pembelajaran mereka di kelas. Supervisi akademik perlu dimaknai secara positif sebagai kegiatan berkelanjutan yang meningkatkan kompetensi guru sebagai pemimpin pembelajaran dalam mencapai tujuan pembelajaran yakni pembelajaran yang berpihak pada anak. Karenanya kegiatan supervisi akademik hanya memiliki sebuah tujuan yakni pemberdayaan dan pengembangan kompetensi diri dalam rangka peningkatan performa mengajar dan mencapai tujuan pembelajaran (Glickman, 2007, Daresh, 2001).

Setiap kepala  sekolah dan pemimpin pembelajaran seyogyanya berfokus pada peningkatan kompetensi pendidik dalam mendesain pembelajaran yang berpihak pada murid yang bertujuan pada pengembangan sekolah sebagai komunitas praktik pembelajaran. Seorang supervisor memahami makna dari tujuan pelaksanaan supervisi akademik di sekolah (Sergiovanni, dalam Depdiknas, 2007): 1) Pertumbuhan: setiap individu melihat supervisi sebagai bagian dari daur belajar bagi pengembangan performa sebagai seorang guru, 2). Perkembangan: supervisi mendorong individu dalam mengidentifikasi dan merencanakan area pengembangan diri, 3). Pengawasan: sarana dalam monitoring pencapaian tujuan pembelajaran. Beberapa prinsip supervisi akademik dengan paradigma berpikir coaching meliputi: 1). Kemitraan: proses kolaboratif antara supervisor dan guru, 2). Konstruktif: bertujuan mengembangkan kompetensi individu, 3). Terencana, 4). Reflektif, 5). Objektif: data/informasi diambil berdasarkan sasaran yang sudah disepakati, 6). Berkesinambungan, 7). Komprehensif: mencakup tujuan dari proses supervisi akademik

Selain itu dalam proses supervisi akademik dilakukan melalui siklus:Pra-observasi, Observasi dan Pasca-observasi. Pra-observasi: Pertemuan pra-observasi ini merupakan percakapan yang membangun hubungan antara guru dan supervisor sebagai mitra dalam pengembangan kompetensi diri. Observasi: Aktivitas kunjungan kelas yang dilakukan oleh supervisor. Pasca-observasi: Percakapan supervisor dan guru terkait hasil data observasi, menganalisis data, umpan balik dan rencana pengembangan kompetensi. Proses percakapan bersifat reflektif dan bertujuan perbaikan ke depan.

Modul ini sungguh menarik bagi saya sebagai seorang calon guru penggerak. Selama mempelajari modul ini secara mandiri dan dilanjutkan lewat ruang kolaborasi dan elaborasi dengan instruktur saya semakin penasaran untuk mempraktikkan secara secara serius dalam supervisi akademik di Sekolah saya ke depannya. Selama ini supervisi akademik identik dengan menilai, bersifat satu arah dan cenderung masukan-masukan itu berasal dari atasan bukan timbul dari pribadi orang yang disupervisi. Selama mempelajari modul ini hal-hal baik yang sudah saya lakukan adalah mencoba memahami, mempraktek dan mengevaluasi kegiatan coaching dengan menggunakan alur Tirta. Dalam praktik dengan rekan sesama CGP, secara umum saya sudah melakukan dengan baik. Saya sudah menghadirkan diri secara penuh, berusaha mengajukan pertanyaan berbobot dan mendengar aktif. Hal yang perlu perbaikan adalah mengajukan pertanyaan berbobot. Pertanyaan berbobot tentunya akan membuat si coachee bisa menemukan potensi dan bakatnya secara penuh. Latihan secara terus-menerus tentunya mengasah kemampuan saya dalam melakukan coaching  dengan baik. Kematangan secara pribadi khususnya emosi kita harus benar-benar diolah secara baik agar kita tidak hadir sebagai seorang yang menggurui dan memberikan solusi. Raut wajah, nada suara, pola komunikasi dan cara kita duduk dalam memberikan coaching merupakan hal-hal penting yang harus diperhatikan secara penuh.

Bagaimana peran Anda sebagai seorang Coach di sekolah dan keterkaitannya dengan materi sebelumnya di paket modul 2 yaitu pembelajaran berdiferensiasi dan pembelajaran sosial dan emosi?

Sebagai seorang Coach di sekolah tentunya memiliki pengaruh sangat besar dalam  meningkatkan kompetensi para murid dan teman sejawat. Kompetensi inti yang harus saya miliki sebagai seorang coach adalah: 1). Kehadiran penuh (presence) adalah kemampuan untuk bisa hadir utuh bagi coachee, atau di dalam coaching disebut sebagai coaching presence sehingga badan,pikiran, hati selaras saat sedang melakukan percakapan coaching. Kehadiran penuh ini adalah bagian dari kesadaran diri yang akan membantu munculnya paradigma berpikir, 2). Mendengarkan aktif. adalah keterampilan mendengarkan dengan aktif atau sering kita sebut dengan menyimak. Seorang coach yang baik akan mendengarkan lebih banyak dan lebih sedikit berbicara. Dalam percakapan coaching, fokus dan pusat komunikasi adalah pada diri coachee, yakni mitra bicara, 3). Mengajukan pertanyaan berbobot: Pertanyaan yang diajukan seorang coach diharapkan menggugah orang untuk berpikir dan dapat menstimulasi pemikiran coachee, memunculkan hal-hal yang mungkin belum terpikirkan sebelumnya, mengungkapkan emosi atau nilai dalam diri dan yang dapat mendorong Coachee untuk membuat sebuah aksi bagi pengembangan diri dan kompetensi dan kompetensi lain saat kita melakukan percakapan Coaching.

Bagaimana keterkaitan dengan pembelajaran berdiferensiasi dan pembelajaran sosial dan emosi?

Sebagai seorang Coaching tentu harus memahami kebutuhan Coacheenya. Pada Modul 2.1 ini saya mempelajari  pembelajaran diferensiasi. Dalam pembelajaran berdiferensiasi Langkah pertama yang harus dilakukan oleh seorang guru tentu memahami kebutuhan murid. Guru yang menerapkan pembelajaran diferensiasi adalah guru yang memahami kebutuhan murid. Di dalam diri guru tersebut tertanam filosofi pemikiran Ki Hajar Dewantara (Ing Ngarso Sung Tulodo, Ing Madyo Mangun Karso, Tut Wuri Handayani); nilai-nilai guru penggerak; visi guru penggerak dan mengembangkan budaya positif di sekolah dengan mendasarkan  pada 3 sisi segitiga restitusi.Tujuan akhirnya adalah: untuk kemerdekaan dan keselamatan anak yang setinggi-tingginya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun