Mohon tunggu...
Bernardinus Realino Satya A
Bernardinus Realino Satya A Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa UAJY

Fisip UAJY

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Ritual Gender Reveal Party Marak di Indonesia, Masuk Westernisasikah?

16 Maret 2022   22:44 Diperbarui: 16 Maret 2022   23:00 265
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Beberapa tahun terakhir terutama di masa pandemi Covid-19, perayaan Gender Reveal menjadi populer di Indonesia. Banyak influencer yang menjadi calon orang tua menggelar perayaan ini, contohnya adalah Nagita Slavina pada tanggal 27 Mei 2021. 

Pada dasarnya Gender Reveal Party merupakan perayaan pengungkapan jenis kelamin jabang bayi (CNN Indonesia, 2021). Perayaan ini dipopulerkan pertama kali oleh Jenna Karvunidis, seorang blogger dari Amerika Serikat. 

Melalui blog pribadinya, Jenna membagikan kegiatan Gender Reveal yang diadakan bersama keluarganya pada tahun 2008. Ia tidak menyangka bahwa perayaan pengungkapan jenis kelamin anak yang ada di dalam perutnya menjadi populer dan banyak diikuti oleh banyak orang di seluruh dunia. 

Namun, banyak kasus yang terjadi dalam pelaksanaan Gender Reveal Party ini. Salah satunya berkaitan dengan kerumunan yang ditimbulkan pada masa pandemi ini.

Fenomena ini dapat dikaitkan dengan teori Circuit of Culture. Dalam bukunya, Stuart Hall (1997), teori Circuit of Culture dibagi menjadi Representation, Identity, Production, Consumption, dan Regulation. 

Masing-masing dari bagian teori ini dapat saling berkaitan satu sama lain. Dalam hal ini, fenomena Gender Reveal dapat direpresentasikan sebagai ritual yang menandakan kelompok yang hype atau gaul. Calon orang tua yang mengikuti perayaan ini kemudian memiliki identitas sebagai orang yang up to date karena mengikuti tren tersebut. 

Identitas tersebut tentu dibentuk oleh proses produksi di mana Janne yang pertama kali mempopulerkan fenomena ini berasal dari Amerika Serikat yang dianggap negara maju sehingga budaya-budaya yang berasal dari Amerika Serikat (Barat) cepat menyebar dan populer. 

Kemudian, fenomena ini banyak diadaptasi atau dikonsumsi oleh influencer-influencer besar Indonesia sehingga menjadi lebih populer di Indonesia dan menyebabkan adanya identitas bahwa jika seseorang sedang hamil harus melakukan Gender Reveal Party agar dianggap up to date.

 Lalu terkait dengan regulasi, fenomena Gender Reveal Party yang dilakukan di masa pandemi ini dapat menjadi masalah karena berpotensi menimbulkan kerumunan. Hal ini terkait dengan adanya regulasi UU Nomor 6 Tahun 2018 tentang Kekaratinaan Kesehatan yang mengharuskan setiap kegiatan untuk memperhatikan protokol kesehatan (Maharani, 2021).

Fenomena ini juga dapat dikaitkan dengan ideologi dan kekuasaan. Dalam hal ini, ideologi yang ingin ditanamkan dalam kegiatan Gender Reveal Party adalah gaya hidup ala orang Barat. 

Hal ini dikarenakan banyak artis atau influencer yang terkenal memiliki gaya hidup kebarat-baratan (mengunakan barang-barang branded dari negara Barat) ikut melakukan kegiatan ini, salah satunya Nagita Slavina. Kemudian untuk kekuasaan dalam fenomena ini terkait dengan negara asal diproduksinya kegiatan ini yaitu Amerika Serikat (Barat) yang dianggap negara Barat yang maju. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun