Akhir-akhir ini pemerintah tengah menggalakkan program wonderful Indonesia yang digelar di 12 provinsi di Indonesia. Memang sudah banyak destinasi pariwisata yang sedang naik daun, akan tetapi tetap masih ada proyek pariwisata yang belum terlesaikan. Salah satunya seperti Embung mini di Dusun Kleben yang sampai sekarang terbengkalai, yang dulu namanya sudah tersebar untuk destinasi memancing dan foto-foto. Pada awalnya pro dan kontra menyelimuti pembangunan embung ini, pro dengan tujuan pembuatan proyek ini dengan bayangan akan mendatangkan pengunjung sehingga akan menunjang pendapatan warga seperti halnya membuka warung di sekitar objek ini. Kontranya banyak seperti rusaknya jalan-jalan untuk keluar masuk kendaraan proyek, beralihfungsinya lahan persawahan produktif menjadi lubang besar untuk penampung air.
Sudut pandang saya sebagai warga juga kecewa dengan hasil proyek ini, ketika dipandang mata hanya sebuah kumpulan air dipenuhi dengan tanaman enceng gondok. Dipinggir sebelah timur ditembok karena diatasnya untuk jalan penghubung dua dusun yaitu Dusun Kleben VII dan Jering VIII, dipinggir barat juga ditembok karena dibuat jalan, untuk sisi lainnya hanya brupa tanah miring. Ketika dipandang dari keindahannya memang tidak ada unsur estetis yang benar-benar dominan, hanya dikelilingi pohon pisang, pohon kelapa, dan beberapa semak belukar. Terlebih-lebih akibat dari proyek ini menimbulkan bencana tanah lonsor disisi selatan embung dan mengancam jalan diatasnya yang pondasinya sudah mulai pecah karena tanah dibawahnya lonsor.
Respon masyarakat sekitar terhadap embung ini masih merasa ada yang tidak rela dengan pembuatan embung ini. Mereka memilih untuk tetap menjadi lahan pertanian produktif karena sebagian besar penduduk sekitar bermata pencaharian sebagai petani. Apalagi tanah ini dulunya adalah bengkok desa yang dimanfaatkan warga untuk sawah bertani cabai, lahan tebu, dan juga kebun pisang. Pandangan lain juga melihat bahwa pembuatan proyek ini menghabiskan dana ratusan juta namun proyek berhenti ditengan jalan, tidak ada kontrol lagi dari pihak terkait, hanya tinggal warga sendiri yang berinisiatif bagaimana membuat proyek ini berguna. Dengan mengatur pintu keluar air embung ini berfungsi sebagai pengendap lumpur dari hulu. Jika lumpur tidak diendapkan disini maka sungai dibawahnya menjadi dangkal oleh lumpur.
Pengunjung yang datang ke lokasi ini bertujuan untuk memancing baik dari pagi hingga malam hari, tetapi hal ini hanya terjadi musiman saja. Pernah pemancing selalu datang setiap hari ketika diembung ini dilepaskan 100kg bibit ikan nila. Selain berburu ikan nila memancing di lokasi ini tidak dipungut baya sepeserpun bahkan tidak ada biaya parkir, dan tidak jauh dari embung ada warung yang menyediakan berbagai jajanan, pengujung pun menjadi betah melepas penat dengan memancing disini.
Akses jalan yang mudah, dari perempatan Godean keutara ada Rumah Sakit At-Turots belok kiri(arah barat), lalu mengikuti jalan aspal melewati TPU hingga bertemu pertigaan yang ada tugunya belok kiri(arah barat), mengikuti aspal dan pada akhirnya sampai di Dusun KlebenVII, ada pertigaan besar pertama belok kiri(arah selatan), mengikuti aspal sampai mentok pertigaan belok kanan(arah barat), nanti bertemu pertigaan pada tanjakan lalu belok kanan(arah utara), dan sampailah di Embung Kleben. Sangat disayangkan apabila banyak pengunjung yang datang dengan akses jalan yang mudah, spot memancing yang bagus tetapi tidak ada fasilitas yang disediakan untuk para pengunjung. Sebagai warga kami mohon kepada Pemerintah supaya melanjutkan proyek ini, supaya perekonomian warga sekitar juga terbantu akan adanya embung ini. Apabila proyek ini jadi dapat dimanfaatkan untuk bahan pembuatan desa wisata.
Penulis : Bernadus Ardi Prasetya
Mahasiswa PGSD Sanata Dharma Semester 1
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H