Psikologis
Beberapa dampak secara psikologis juga dihasilkan yakni:
- Penurunan kemampuan menggunakan bahasa ekspresif (mengekspresikan keinginan atau kebutuhan secara verbal/ non verbal) dan pemahaman literasi
- Penurunan kemampuan bersosialisasi, dikarenakan kesulitan memahami ekspresi wajah orang lain dan tidak tertarik melakukan interaksi secara langsung.
- Kesulitan dalam regulasi emosi, dan kesulitan untuk menunggu. Hal ini banyak terjadi karena anak terbiasa memperoleh gratifikasi secara instan. Â
- Peningkatan hormon dopamin dari aktivasi otak, meningkatkan keinginan anak untuk terpapar gadget lebih lama, dan dapat menghasilkan adiksi.
- Pada remaja meningkatkan simptom depresi dan kesulitan tidur
Oleh karena itu orangtua, pengajar, maupun orang dewasa dapat mencoba menyeimbangkan kegiatan anak dengan aktivitas lainnya. Richard Louv, peneliti, penulis, dan aktivis terkait "nature -deficit disorder"Â (gangguan tingkah laku akibat penurunan aktivitas bersama alam) menyatakan pentingnya melakukan penyeimbangan antara aktivitas dengan media digital dengan alam. Â Kegiatan diluar berinteraksi dengan alam atau bahkan menghadirkan material alam ke dalam rumah dapat menjadi alternatif yang bermanfaat untuk mengaktifkan kemampuan indera anak. Aktivitas ini secara langsung mendukung perkembangan otak secara optimal.
Beberapa alternatif kegiatan
Mengeksplorasi tanah liat
Bermain dengan tanah liat dapat menjadi kegiatan yang menarik bagi anak. Tanah liat dapat dibeli dan ditemukan dengan mudah di Indonesia, dan dapat bertahan dalam waktu yang lama, natural dan tidak mengandung unsur kimia.Â
Pada beberapa kegiatan terapi, tanah liat banyak digunakan untuk relaksasi, melatih kemampuan konsentrasi, dan  imajinasi. Bagi anak tanah liat menjadi media yang sangat menarik untuk berimajinasi dan menghasilkan produk imajinasi.
Open-ended toys
Sebagian dari kita sudah sering mendengar terkait "open-ended toys" atau alat permainan yang menstimulus imajinasi anak. Bahan yang sederhana dan bisa ditemukan di sekitar kita seperti, potongan ranting, daun, batu, kayu, dan banyak lagi.Â
Open-ended toys dapat memberikan ruang bagi anak untuk meningkatkan kreativitas, keamampuan kognitif seperti pemecahan masalah, dan bahkan menstimulus kemampuan sosial dan komunikasi (Multari, 2016).Â
Contoh, berikan anak beberapa balok kayu kemudian mereka secara mandiri dapat membentuk bangunan, mobil, dan bahkan berimajinasi sebagai makanan. Bentuk permainan ini mampu menghadirkan diri anak secara penuh saat berinteraksi baik dengan orang dewasa, saudara, atau teman sebaya.