Mohon tunggu...
Bernadia Dwiyani
Bernadia Dwiyani Mohon Tunggu... Guru - Kids, education, sustainability, and mindfulness enthusiast

Starting with a question to discover the world!

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

New Normal dan Penggunaan Gawai pada Anak

8 Juni 2020   16:57 Diperbarui: 8 Juni 2020   16:48 430
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Kita memasuki tahapan baru setelah selama beberapa bulan mengharuskan kita berada di rumah. Pintu-pintu dan pos penjagaan perlahan terbuka, lalu lalang manusia kembali memenuhi jalanan, dan sesak asap kendaraan kembali hadir di tengah-tengah kita. Di masa yang disebut "new normal", ada baiknya kita merefleksikan pada pribadi kita masing-masing, apa yang sesungguhnya definisi normal? 

Bagaimana cara kita beradaptasi dengan keadaan baru di tengah-tengah masa transisi ini?  Tentunya kita ketahui bahwa beberapa bulan belakangan ini, proses pendidikan berubah secara drastis. Sekolah-sekolah ditutup dan anak-anak diharuskan belajar bersama orangtua di rumah melalui daring atau virtual meeting.

Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nadiem Makarim menyatakan prioritas bagi pengembangan pendidikan salah satunya melalui pengunaan teknologi. Ia pun menyatakan bahwa teknologi digunakan untuk meningkatkan kapasitas guru sebagai pendidik, bukan untuk menggantikannya (Kemendikbud.go.id, 2019). 

Online learning dipercaya sebagai solusi untuk kelangsungan proses pembelajaran selama masa PSBB berlangsung. Namun di satu sisi memiliki dampak negatif yang tercipta dari paparan berlebihan baik melalui media televisi, komputer, telpon genggam, maupun tablet.

Yang harus kita kritisi, apakah nantinya di masa "new normal" penggunaan gawai dapat pula dianggap hal yang normal? Penggunaan gawai yang melebihi batas, yang mampu mereduksi kemampuan kognitif, sosial, emosional dan kualitas interaksi anak adalah hal yang normal. Mari kita pahami terlebih dahulu dampak penggunaan gawai secara berlebihan.

Neurologis

Hasil dari beberapa penelitian menyatakan pengaruh paparan gawai dapat mempengaruhi perkembangan otak manusia khususnya yang terjadi pada anak. Batas aman penggunaan gawai menurut American Academy of Pediatric yakni tidak ada paparan gawai untuk anak dibawah 2 tahun dan maksimal satu jam per hari untuk anak 2-5 tahun.

Penelitian melalui proses MRI pada otak anak di lakukan di rentang umur 3-5 tahun pada anak yang terpapar lebih dari satu jam tiap harinya. Hasil menunjukkan rendahnya jumlah basal ganglia (neuron dalam otak) di area perkembangan bahasa, literasi, kemampuan kognitif. Sedangkan perkembangan otak sangat penting di masa 0-5 tahun pertama manusia. 

Otak pada anak memiliki  sifat plastisitas yang tinggi dan sangat mudah menyerap informasi, untuk membangun memori dan koneksi dari pengalaman sehari-hari (LaMotte, 2019).

Penurunan otot kognitif terjadi pada kondisi anak yang terbiasa menggunakan gawai secara berlebihan. Informasi didapatkan oleh anak secara instan seperti gambar, suara, dan kata disaat bersamaan. Sayangnya, hal tersebut menyebabkan anak cenderung malas dan tidak tertarik untuk memproses informasi. 

Anak tidak memiliki ketertarikan untuk mendengarkan cerita secara verbal misalkan dari orangtua, dan tidak ingin memproses informasi secara organik juga menghasilkan imajinasinya sendiri (Margalit, 2016). Hal lain yang ditemukan adalah terpangkasnya secara bertahap sistem lobus frontal yang berperan pada regulasi emosi (Barron, 2015).

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun