Mindfluness menurut buku Mindfulness for Children (Afzal, 2018), terfokus pada proses memberikan atensi, pengalaman yang saat itu terjadi, dan tanpa asumsi. Proses manusia memberikan atensi misalkan terkait dengan apa yang saya rasakan saat ini, bau apa yang tercium, dan suara apa yang terdengar. Mendalami lebih dalam atensi tersebut dengan pernapasan dan menyadari sensasi tubuh.
Pada umumnya dalam proses memberikan atensi, kita menemukan pikiran yang berkenala bebas. Aktivitas mindfulness mengajak kita kembali menyadari apa yang kita lakukan saat itu dengan berfokus pada nafas. Setiap pikiran yang muncul diterima kehadirannya sebagai sebuah gambar yang datang dan pergi. Aktivitas direkomendasikan untuk diperkenalkan sejak dini sehingga memberikan kemampuan untuk anak mengelola emosinya terlebih saat mereka masih kesulitan untuk berbicara.
Praktik sederhana mindfulness
Pada anak, bentuk aktivitas sadar penuh dapat dilakukan melalui aktivitas sederhana dan menarik. Misalkan dengan aktivitas bernapas layaknya  balon, anak-anak diminta untuk duduk dalam posisi yang nyaman. Kedua kaki dapat disilangkan di lantai atau duduk di kursi, kemudian menutup mata secara perlahan.Â
Anak akan diminta untuk menyentuh perut dan merasakan perubahan volume udara dalam perut masing-masing. Saat menarik napas perut akan mengembang dan saat menghembuskan napas perut akan mengempis. Proses ini dilakukan selama beberapa saat (1-3 menit), anak diminta fokus dalam proses menghirup dan menghela napas, dan merasakan sensasi naik --turun atau mengembang-mengempis yang terjadi. Setelah dilakukan proses itu, perlahan anak diminta untuk membuka mata dan menceritakan apa yang mereka rasakan, alami, dan pikiran apa yang muncul.
Proses mindfulness perlu dilakukan secara rutin misalkan di pagi hari sebelum memulai pelajaran, setelah bermain di siang hari, atau sore hari sebelum persiapan tidur. Aktivitas memberikan jeda dari kesibukan dan memberikan waktu untuk menyadari diri sendiri, juga dapat melatih anak mengelola emosi dengan lebih baik.Â
Selain itu, proses mindfulness mampu melatih kemampuan anak dalam berempati baik untuk memahami dirinya maupun orang lain. Mindfulness dapat diterapkan melalui kegiatan sehari-hari seperti saat makan, berjalan kaki, hingga melipat baju. Kualitas dari hidup akan meningkat seiring kemampuan kita untuk menyadari hidup secara sadar.
Akhirnya, mindfulness dapat menjadi alat untuk menghadirkan jeda dalam proses berkegiatan anak sehari-hari. Jeda yang membantu anak untuk kembali menata emosi, perhatian, dan pikiran mereka pada momen saat itu. Seperti yang direkomendasikan oleh banyak ahli terkait mindfulness, praktik ini tidak mampu dirasakan dampaknya tanpa rutinitas yang konsisten dan terutama contoh yang diberikan melalui orang -- orang di sekitar anak.Â
Oleh karena itu, sebelum mengajarkan anak terkait mindfulness, ada baiknya orangtua dapat terlebih dahulu bersama-sama memahami dan menjalankan mindfulness secara konsisten.
Sumber: