Mohon tunggu...
Bernadia Dwiyani
Bernadia Dwiyani Mohon Tunggu... Guru - Kids, education, sustainability, and mindfulness enthusiast

Starting with a question to discover the world!

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Mengenal Intervensi pada Anak Usia Dini

29 Oktober 2019   12:30 Diperbarui: 29 Oktober 2019   12:38 758
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

Perkembangan anak secara holistik (kognitif, emosional, sosial, dan motorik) mejadi hal yang penting bagi orangtua. Khususnya di masa tumbuh kembang anak atau yang seringkali disebut dengan golden age, merupakan masa penting untuk optimalisasi hubungan antar sel-sel saraf pada otak manusia.

Berdasarkan tahapan perkembangan sesuai teori perkembangan kognitif oleh Jean Piaget anak-anak dari lahir hingga berumur 2 tahun berada pada tahapan sensorimotor. Anak mengembangkan kemampuan dasar seperti melihat, menghisap, menggenggam, dan mendengarkan untuk menyadari juga beradaptasi pada lingkungan. Pengalaman anak ini akan membantu mereka untuk berinteraksi dan membangun kesadaran terhadap diri mereka juga lingkungan sekitar. Sehingga stimulasi positif, interaktif, dan gizi seimbang menjadi faktor penting untuk kualitas tumbuh kembang optimal. Hal ini untuk mempersiapkan anak sebelum memasuki tahapan berikutnya yakni kemampuan berkomunikasi, berimajinasi, dan daya ingat.

Di Indonesia berdasarkan kemkes.go.id, pemerintah telah melakukan upaya untuk pembinaan melalui kegiatan Stimulasi, Deteksi, Intervensi Dini Penyimpangan Tumbuh Kembang Anak (SDIDTK). Kementrian Kesehatan bekerjasama dengan Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) sejak tahun 2007 menyusun instrumen untuk stimulasi, deteksi, dan intervensi. Pemeriksaan meliputi pengukuran berat badan, tinggi badan, lingkar kepala, bicara-bahasa, motorik halus dan kasar, kemandirian, sosialisasi, daya dengar, daya lihat, perilaku emosional, atau gangguan perhatian dan hiperaktivitas. Namun seringkali orangtua merasa enggan untuk melakukan pemeriksaan, padahal pemeriksaan sedini mungkin dan konsisten mampu membantu perkembangan maksimal pada anak.

Dalam konteks sekolah/ PAUD/ daycare tahapan yang terjadi biasanya berawal dari hasil rekomendasi guru kelas untuk observasi pada anak-anak yang mengalami hambatan dalam mengikuti pembelajaran. Hambatan yang dimaksud dapat berupa komunikasi, atensi, kelola emosi, hypersensitivity (sangat sensitif pada suara, sentuhan, dll), atau hyposensitivity (kebalikannya tidak sensitif pada lingkungan sekitar). Lalu dilanjutkan pada observasi menyeluruh oleh konselor sekolah dan melakukan pertemuan dengan orangtua untuk mengetahui keseharian anak juga berdiskusi terkait hambatan yang dialami anak selama di sekolah. Intervensi pada anak usia dini berorientasi pada keluarga, sehingga keputusan untuk melanjutkan intervensi dini sepenuhnya berada pada orangtua. 

 Hasil rekomendasi selanjutnya dapat mengarah pada lembaga tumbuh kembang untuk assessment lanjutan, atau hanya berupa rekomendasi kegiatan bagi guru kelas. Orangtua tidak perlu khawatir karena mereka akan berkolaborasi dengan guru, konselor sekolah, dan lembaga tumbuh kembang ditujukan demi memastikan anak mendapatkan dukungan terbaik dan membimbing perkembangan anak secara komprehensif. Pada beberapa kondisi diperlukan tenaga professional yang berperan sebagai shadow teacher/ early intervention specialist yang bertugas memberikan pelayanan pembelajaran bagi anak berdasarkan pada program individu yang telah disetujui oleh orangtua, sekolah, dan guru. Program pembelajaran individual sebagian besar mencangkup hambatan yang anak miliki, perencanaan kedepan dalam bentuk aktivitas, peralatan atau sumber pembelajaran yang digunakan, dan kolom evaluasi.

Intervensi dini menurut Washington.edu mampu meningkatkan kemampuan intelektual dan menurunkan simptom autis pada anak dengan gejala autis. Intervensi dini juga berfungsi sebagai gerakan preventif dan terbukti berpengaruh positif pada hasil akademis dan perbaikan tingkah laku. Bagi keluarga, intervensi dini berfungsi memberikan dukungan, asistensi, dan memperkuat peran keluarga dalam perkembangan anak. Dalam  proses intervensi, sering terjadi orangtua merasa gagal namun penelitian membuktikan bahwa intervensi dini yang konsisten didukung dengan peran orangtua  mampu meningkatkan kesejahteraan anak, kepercayaan diri, dan kemampuan bersosialisasi anak di tengah masyarakat. Hal ini dapat berdampak besar bagi keberlanjutkan kehidupan anak di masa yang akan datang.

Salah satu bentuk intervensi dini yang dilakukan University of Illionis Amerika Serikat:


Sumber:

https://images.app.goo.gl/RPPXaSypE982xwQr7

http://kesga.kemkes.go.id/berita-lengkap.php?id=45

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun