Saat seorang anak belajar mereka membutuhkan kondisi yang terbaik untuk mampu mengembangkan dirinya secara maksimal. Hal tersebut sama halnya seperti tumbuhan yang mampu berkembang dengan baik saat kualitas tanah baik, asupan air yang cukup, dan cahaya matahari untuk melakukan proses fotosintesis.Â
Namun pada kenyataannya, untuk mencapai situasi ideal masih diperlukan adaptasi dan inovasi juga riset terbaru dalam mengembangkan metode belajar yang sesuai.
Dalam beberapa tahun belakangan ini, khususnya di Indonesia dengan akses internet yang semakin baik metode pembelajaran berkembang pesat. Tidak sedikit sekolah yang mulai meninggalkan pendekatan tradisional, yang memposisikan guru sebagai pemberi pengetahuan dan murid hanya sebatas sebagai penerima. Pada tahun 2017, Washingtonpost.com menerbitkan analisis berupa ketidakefektifan metode "lecture teaching" berdampak pada penurunan motivasi anak untuk belajar.
Faktanya studi yang diterbitkan pada tahun 2014 oleh Fremman, dkk menemukan bahwa "active learning" mampu meningkatkan performa nilai anak hinga setengahnya, dan tingkat kegagalan pada metode pembelajaran tradisional meningkat hingga 55 persen lebih tinggi dibandingkan hasil observasi pada metode pembelajaran aktif.
Salah satunya adalah model pembelajaran aktif yakni "inquiry based learning" yang mengutamakan pada proses anak untuk mencari tahu dengan berbagai pertanyaan, ide, dan analisis lalu memberikan kesempatan untuk mengekspolarsi topik terkait.
Inquiry based learning memiliki kemiripan dengan experiential learning dimana secara aktif bekerjasama dengan murid dalam proses belajar. Murid diperkenankan untuk mengeksplorasi topik secara mendalam. Model belajar inquiry based learning membantu anak untuk memahami topik pelajaran dengan membuat koneksi yang terintegrasi.Â
Anak terlatih secara kognitif untuk menggunakan kemampuan mereka dalam mengintepretasi data dan berpikir kritis. Pada area komunikasi, anak terlatih untuk membagikan pemikirannya secara terstruktur. Lalu yang terpenting adalah memberikan pengalaman pada anak untuk mengerti suatu hal dan mereka diharapkan memiliki semangat untuk mencari tahu dan mencintai topik tersebut.
Metode ini sesungguhnya sudah dimulai semenjak 1960an dan terus menyesuaikan pada perkembangan dunia. Lalu bagaimana mengimplementasikan metode inquiry based learning, pertama baik guru dan anak harus memahami peran mereka dalam proses belajar. Anak bertugas untuk menginvestigasi suatu pertanyaan terbuka atau masalah.Â
Mereka harus menggunakan data yang nyata dan menghasilkan resolusi. Guru fokus untuk mendalami keingintahuan anak dan mengarahkan pada pemikiran yang lebih kritis. Selanjutnya, mendukung anak untuk bertanya, berproses, dan memahami  struktur pada inquiry based learning itu sendiri.Â
Pada inquiry based learning terdapat 4 jenis pendekatan yang perlu disesuaikan dengan bentuk kelas masing-masing guru.
- Confirmation inquiry, guru memberi pertanyaan dam melakukan proses tanya jawab selama beberapa kali hingga mencapai jawaban.
- Structured inquiry, guru memberikan pertanyaan terbuka dan metode untuk menginvestigasinya. Mereka diharuskan menggunakan metode yang disediakan untuk membangun fakta dan menghasilkan konklusi.
- Guided inquiry, guru memberikan murid pertanyaan terbuka. Biasanya dilakukan dalam grup dan mereka melakukan perancangan metode investigasi untuk mendapatkan hasil.
- Open inquiry, guru memberikan waktu dan dukungan pada murid. Mereka mengajukan pertanyaan yang di dapat dari investigasi melalui metode mereka masing-masing, dan bersama-sma mendiskusikan untuk menghasilkan kesimpulan atau bahkan mengembangkannya.
Proses belajar sudah sebaiknya dilakukan dengan proses yang menyenangkan. Besarnya keingintahuan anak untuk memahami dan menemukan penyelesaian dalam berbagai hal merupakan aspek terpenting dalam proses belajar. Kesempatan bagi seorang anak untuk mengeksplorasi topik yang mereka minati akan menjadikan proses belajar yang jauh lebih menarik.