Bulan keramat mencekik penglihatan
Memasukan bulir-bulir pasir dengan paksa
Lantas menjahit dengan tekun menuju akhirat
Barangkali ia letih setelah menanti kehadiran sang mentari
Menimang-nimang harapan yang tak kunjung kembali
Barangkali ia marah kepada angkasa
Malam penuh bintang dan ia tetap sendirian
Barangkali dingin menusuk mulutnya
Membekukan bibir bulan yang tak sanggup merengek kencang
Atau barangkali ia benci kepadaku
Kepada seorang yang merebut kepunyaannya
Secercah kerinduan yang pernah ia kirim melalui pos bernama tamat
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H