Kutipan dari buku berjudul Ikigai terkait konsep hidup orang Jepang, mengatakan bahwa resiliensi adalah kemampuan untuk menghadapi kemunduran, Semakin tangguh kita, semakin mudah untuk bangkit dan kembali kepada apa yang memberi makna pada kehidupan.Â
Era yang serba cepat saat ini, membutuhkan orang yang mampu untuk terus bertahan hidup, tetap fokus pada tujuan, fokus pada hal penting, tanpa menyerah tanpa keputusasaan dan berkonsentrasi pada hal-hal yang dapat mereka kontrol, tidak ambil pusing terhadap hal-hal yang tidak bisa mereka kendalikan.Â
Satu-satu nya hal yang dapat kita kendalikan adalah saat ini dan sekarang. Alih-alih kita mengkhawatirkan masa depan dan masa lalu, hargailah saat ini. Waktu yang dilalui saat ini adalah unik, karena tidak akan terulang kembali.Â
"Satu-satunya momen di mana Anda benar-benar hidup adalah saat sekarang" kata bhikkhu Buddha Thich Nhat Hanh.Â
Menyadari bahwa semua yang ada dunia ini adalah fana, termasuk waktu membantu kita untuk mencintai saat ini dan orang-orang yang ada disekitar kita.
Wabi Sabi dan Ichi-go Ichi-e
Wabi Sabi merupakan konsep Jepang yang menunjukkan kepada kita keindahan alam yang mengapung, berubah dan tidak sempurna. Alih-alih kita mencari kesempurnaan, justru harus mencari nya dalam hal yang tidak lengkap.Â
Konsep Jepang yang melengkapi Wabi Sabi adalah Ichi-go ichi-e "saat ini hanya hadir sekarang dan tidak akan datang lagi." Itu adalah sebuah pengingat bahwa kita harus menikmati saat ini dan tidak menenggelamkan diri kita dalam kekhawatiran tentang masa lalu atau masa depan.Â
Ichi-go ichi-e mengajarkan kita untuk fokus pada saat ini dan menikmati setiap saat yang disediakan hidup untuk kita.Â
Wabi Sabi mengajarkan kita untuk menghargai indahnya ketidaksempurnaan sebagai peluang untuk bertumbuh.Â
Kuncinya adalah menerima bahwa ada hal-hal yang tidak dapat kita kendalikan, seperti berlalunya waktu dan sifat fana yang ada disekitar kita