Mohon tunggu...
Bernadeta Luna Paska
Bernadeta Luna Paska Mohon Tunggu... -

X PMIIA 2 SMA NEGERI 2 YOGYAKARTA

Selanjutnya

Tutup

Gaya Hidup

Pengaruh Acara TV Pada “3P” Anak

11 Juli 2015   16:36 Diperbarui: 11 Juli 2015   16:36 130
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gaya Hidup. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Rawpixel

Di zaman yang telah modern ini, sudah banyak media elektronik yang berkembang di berbagai belahan dunia mulai dari kota-kota besar maupun di pelosok desa. Media elektronik tersebut banyak sekali macamnya mulai dari “Hand phone”, tab, laptop, komputer, notebook, dan terutama TV (Televisi).

Televisi (TV) merupakan salah satu media elektronik yang paling sering digunakan dikalangan masyarakat, apalagi anak-anak yang masih dibangku Sekolah Dasar (SD). Hampir setiap hari anak-anak menghabiskan waktu untuk menonton TV. Menurut kajian yang dinyatakan oleh KPI (Komisi Penyiaran Indonesia) pada tahun 2014, jumlah jam anak untuk menonton TV naik dari 35 sampai 46 jam dalam seminggu, bahkan jika dikalkulasikan sampai 1600 jam setiap tahunnya dan ini melebihi waktu belajar di sekolah sekitar 800 jam setiap tahunnya. Dan ini diakibatkan oleh kurangnya pendampingan dari orangtua.

Terlalu lama menonton TV pada anak-anak dengan acara TV yang sekarang semakin sedikit acara yang sesuai untuk umur anak-anak di bangku SD membuat anak-anak terkadang terpaksa untuk menonton acara yang seharusnya tidak ditontonnya (tidak sesuai dengan umur anak-anak). Dan hal itu berpengaruh pada “3P” anak. Maksudnya dari “3P” adalah pengaruh terhadap Perilaku dan Pola Pikir anak.

Pertama, pengaruh terhadap sikap sosialisasi anak terhadap lingkungan sekitar. Terlalu lama menonton TV dapat mengakibatkan sikap sosialisasi anak menjadi kurang karena terlalu lama berada di dalam rumah sehingga tidak memperhatikan lingkungan di sekitar, dan ini akan menumbuhkan sikap egois dan individualisme. Sebagai contoh adalah seorang anak tetangga yang masih berada di bangku SD yang hampir setiap waktu menonton TV, dan pada suatu saat anak tersebut bergabung dengan teman-temannya tetapi dia hanya menyendiri dan diam saja.

Kedua, perilaku anak yang meniru suatu adegan dalam suatu acara TV. Hal ini dinyatakan oleh Dewan Media Anak-Anak Australia bahwa anak-anak kisaran 10 tahun (anak di bangku SD) rentan terhadap rekaman yang dilihat ataupun didengar sehingga memungkinkan anak untuk meniru.

Dalam hal ini meniru/mengimitasi dapat dibedakan menjadi dua yaitu meniru hal positif dan meniru hal negatif. Pertama, meniru hal positif. Meniru hal positif ini bisa seperti meniru teladan yang baik dalam suatu acara TV. Misalnya, membantu orang lain, menghargai dan menyayangi sesama. Lalu yang kedua adalah meniru hal yang negatif. Misalnya, meniru suatu adegan kekerasan ataupun adegan pukul-memukul antar anak-anak SD yang pernah terjadi di Indonesia akibat acara “Smackdown” di TV.

Ketiga, pengaruh terhadap pola pikir anak yang lebih menyenangi budaya luar daripada budaya lokal. Hal ini karena semakin banyak acara TV yang mengunggah budaya luar sepert budaya Barat, India, Korea, China, Amerika, dan lain-lain. Entah dalam bentuk film, lagu, dan acara yang lain. Dan semua itu membuat anak-anak menjadi terbiasa oleh budaya luar, dan jika tidak diperkenalkan budaya lokal lebih banyak maka akan membuat anak lama-kelamaan akan melupakan budaya lokal sedikit demi sedikit.

Oleh karena itu, sebaiknya orangtua lebih memberikan pendampingan kepada anak disaat anak menonton TV sehingga orangtua dapat memantau acara TV apakah yang sedang ditonton dan juga agar orangtua dapat membatasi tontonan anak. Dan untuk pembuat acara di TV seharusnya dapat menyeleksi adegan-adegan di acara tersebut agar dapat mengetahui apakah adegan tersebut pantas atau tidak untuk anak-anak.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Gaya Hidup Selengkapnya
Lihat Gaya Hidup Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun