Mohon tunggu...
Bernat Ndawu
Bernat Ndawu Mohon Tunggu... lainnya -

Doulos di GBI Victory,Papa Celine,Mia Mori Community

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Surat Terbuka untuk Pak Ahok yang "Syaraf Bibir"

1 Desember 2016   09:21 Diperbarui: 1 Desember 2016   09:43 235
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Salam dua jari

Pak Ahok yang saya hormati,sudah sejak lama saya mengenal Bapak walaupun Bapak tidak mengenal saya.Pertama kali saya mengenal Bapak saat profil Bapak sebagai Bupati Belitung Timur dimuat di harian Kompas tahun 2006.D imedia tersebut bapak disebutkan sebagai Bupati pertama di Indonesia dari etnis Tionghoa dan beragama Kristen yang terpilih menjadi Bupati di sebuah kabupaten yang penduduknya mayoritas beragama muslim yang juga menjadi basis partai islam yaitu Partai Bulan Bintang.Sejak saat itu saya kagum kepada Bapak dan menjadi fans Pak Ahok.Apalagi setelah mengikuti berita-berita tentang Bapak saat menjadi Anggota DPR,Wakil Gubernur lalu menjadi Gubernur saya menjadi tambah kagum karena Bapak itu BTP sesuai dengan singkatan nama Bapak.BTP : Bersih,Transparan,Profesional.Berani,Tegas,Percaya diri.

Pak Ahok yang saya hormati,walaupun sejak lama saya mengagumi Bapak tetapi baru dua kali saya bertemu dan mendengar langsung Bapak berbicara.Saya lebih sering mendengar Bapak berbicara hanya melalui media TV dan Youtube.Awalnya saya memaklumi gaya bicara Bapak yang berani dan ceplas ceplos walaupun banyak juga orang yang tidak senang dengan gaya bicara Bapak yang seperti itu apalagi saat Bapak memarahi seorang ibu yg mengadukan masalah KJP anaknya.Tetapi lama-lama saya menganggap Bapak adalah seorang yang kalau di daerah kami di Sulawesi Tengah di sebut "syaraf bibir "karena sulit mengendalikan kata-kata bahkan sering kelihatan marah-marah dan mudah terpancing emosi saat seseorang menyampaikan keluhan dan usulan tentang suatu masalah.

Sebagai contoh saat seorang Pendeta berdialog dengan Bapak di rumah lembang,Bapak kelihatan emosional dan cepat sekali memotong pembicaraan .Bapak juga diberitakan marah pada seorang ketua RT yang datang menemui Bapak di rumah lembang,masih di rumah lembang, saya juga mendengar langsung Bapak sedikit emosional menanggapi pengaduan seorang Ibu (pengusaha) yang mengaku diperas tiga ratus juta rupiah oleh oknum Pemda DKI.Saya yakin Bapak marah karena memang ada sesuatu yang menurut Bapak salah dan perlu diluruskan.Tetapi biasanya saat marah ada saja terselip bahasa yang bagi orang lain kasar dan melukai perasaan.

Bapak Ahok yang saya hormati,saya masih ingat tokoh politik senior Sabam Sirait dalam suatu pertemuan tahun 2012 saat Bapak maju sebagai calon Wagub DKI menasehati Bapak setelah mendengar Bapak berpidato supaya Bapak sedikit berhati-hati berbicara,jangan terlalu berani kata Pak Sabam saat itu, karena DKI membutuhkan Ahok dan Jokowi.Saat itu Bapak memang menceritakan beberapa cerita tentang keberanian Bapak menghadapi orang-orang  yang menolak Bapak menjadi bupati di Belitung timur.

Bapak Ahok yang saya hormati,saya salah seorang yang 100% yakin Bapak tidak bersalah dan tidak berniat untuk menista agama tetapi akibat "syaraf bibir" Bapak, ada konsekuensi yang harus dibayar yaitu turunnya elektabilitas pasangan Ahok-Djarot,merepotkan diri sendiri, banyak orang dan juga menyedot anggaran untuk biaya mengamankan aksi bela Islam jilid 1,2,3 dan entah berapa jilid lagi.

Bapak Ahok yang saya hormati,sebagai pengagum dan sebagai saudara seiman kalau boleh saya sarankan supaya Bapak berlatih untuk mengendalikan "syaraf bibir" sehingga tidak menjadi cela bagi para haters untuk mematikan karier politik Bapak lewat kelemahan bapak dalam berkata-kata,walaupun saya sangat yakin kalau Tuhan yang mengangkat seorang pemimpin tidak ada satupun yang dapat menghalangi rancangan-Nya.Dalam Kitab Pengkhotbah Pasal 3 dituliskan untuk segala sesuatu ada waktunya,khususnya Pengkhotbah 3:7 : ada waktu untuk merobek, ada waktu untuk menjahit; ada waktu untuk berdiam diri, ada waktu untuk berbicara.

Bapak Ahok yang saya hormati,semoga persoalan yang bapak hadapi saat ini menjadi proses pembelajaran penting bukan hanya buat bapak pribadi tetapi buat saya dan banyak orang.Mohon maaf kalau saya terlalu lancang dalam menulis surat terbuka ini,saya sadar surat terbuka ini belum tentu Bapak baca,tetapi saya berharap ada orang dekat Bapak yang membisikan isi surat terbuka ini kepada Bapak.Dalam doa-doa pribadi saya terus memohon kepada Tuhan supaya ada campur tangan Tuhan dalam persoalan hukum yang Bapak hadapi saat ini.Harapan saya dalam kasus dugaan penistaan agama Bapak akan dibebaskan dari segala tuduhan.Tuhan Memberkati.

Salam Dua Jari.....

Bernad Ndawu.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun