Suara angin malam hari ini menyapaku lagi, meskipun riuhnya tidak sama dengan waktu yang lalu, tetapi hembusannya membuatku kembali berangan-angan tentang kamu. Tak ada rupa, kecuali hanya suara hembusan meniup dedaunan gugur, tak ada wujud, kecuali hanya bayangmu yang melintas dibenak rinduku.
Pulanglah disini ... aku sudah menyediakan tempat untuk kita duduk sambil berbincang dengan anggur kesukaanmu pada cafe persimpangan jalan kota di negeri kecil yang dulu sering kita kunjungi. Kamu tak perlu ragu denganku, sebab sudah lama aku tidak lagi memperdulikan sakit hati. Aku telah membuang jauh rasa benci, sudah lama pula aku berada dalam kepura-puraan. Sudah kuhapus ingatan tentang luka, meskipun ada satu hal yang tidak kupahami, mengapa kamu menganggap aku baik-baik saja ?
Aku berusaha untuk tak perduli lagi akan semua kepahitan yang pernah terjadi. Harapku ... pulanglah ... ! Â aku masih menunggumu hingga malam ini, meskipun helai rambutku sudah mulai terhitung dan tak hitam lagi, tubuhku sudah mulai renta, tetapi aku masih sama seperti yang dulu yang pernah kau temui. Aku rindu mendengarkan cerita kita yang dulu, karena aku ingin menyimpannya dihatiku sebagai kekuatan bagiku untuk melewati hari tua yang hanya milik kita saja.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H