Di Indonesia keterampilan berpikir tingkat tinggi termasuk kemampuan berpikir kritis masih tergolong rendah. Hasil studi Programme for International Student Assessment (PISA) 2018 menunjukkan bahwa Indonesia berada di peringkat ke-7 di antara 72 negara lainnya. Beberapa faktor rendahnya keterampilan berpikir kritis peserta didik; salah satunya adalah kecenderungan peserta didik untuk menghafal materi dan rumus lebih daripada memahami konsep menyebabkan keterampilan berpikir kritis siswa kurang terlatih.
Berdasarkan hasil observasi dan penelitian pada salah satu SMPN di Kabupaten Malang ditemukan permasalahan yang sama, yaitu beberapa peserta didik kurang aktif dalam bertanya dan berpendapat. Hal tersebut menunjukkan bahwa peserta didik cenderung berfokus pada guru tanpa menganalisis, mengkritik, mengevaluasi apa yang disampaikan oleh guru. Penggunaan media pembelajaran yang monoton juga menjadi salah satu sebab peserta didik lebih mudah bosan saat proses pembelajaran.
Salah satu penyebab kurangnya minat peserta didik terhadap pembelajaran karena belum semua guru memanfaatkan teknologi yang ada. Teknologi memfasilitasi kolaborasi tidak hanya antara siswa dan guru, tetapi juga antar siswa lainnya. Platform pembelajaran online memungkinkan peserta didik untuk berkolaborasi dalam proyek, bertukar ide, dan belajar dari satu sama lain. Ilmu pengetahuan berkembang seiring berjalannya waktu. Perkembangan ilmu pengetahuan ini mendukung terciptanya teknologi-teknologi baru yang menandai kemajuan zaman. Sejauh ini teknologi yang dikembangkan sudah memasuki tahap digital. Di Indonesia, semua sektor, termasuk pendidikan, mulai memanfaatkan teknologi.
Dunia pendidikan dipengaruhi secara signifikan oleh kemajuan teknologi. Teknologi sudah menjadi bagian dari kehidupan manusia dan digunakan dalam semua aktivitas mereka. Untuk itu diperlukan model pembelajaran yang aktif, kreatif, interaktif sangat berguna di zaman sekarang ini, salah satu model pembelajaran yang cocok digunakan adalah SOLE (Self Organized Learning Environment).
Model pembelajaran ini didesain untuk mendorong rasa ingin tahu peserta didik yang ada dalam diri mereka. Model SOLE adalah model pembelajaran yang berpusat pada guru Teacher Centered Learning (TCL) menjadi Student Centered Learning (SCL). Model ini memungkinkan peserta didik berpartisipasi secara aktif dalam proses pembelajaran dan menggunakan teknologi untuk mengakses, menemukan, atau mempelajari pertanyaan yang dihasilkan dari dorongan guru. Model pembelajaran ini didesain untuk mendorong rasa ingin tahu peserta didik yang ada dalam diri mereka.
Terdapat 3 tahapan dalam model pembelajaran SOLE yang pertama Big Question, guru menyiapkan pertanyaan yang dapat menimbulkan rasa ingin tahu peserta didik. Selanjutnya yaitu investigation, pada tahap ini peserta didik dibagi menjadi beberapa kelompok dan diberi waktu untuk mencari tahu jawaban dari e-modul yang telah diberikan. Sumber utama untuk mencari jawaban adalah melalui laptop yang telah disediakan. Dan yang terakhir yaitu review, pada tahap ini peserta didik menyampaikan hasil pencarian dan bersama-sama membuat kesimpulan terhadap materi yang dipelajari.
Pada pertemuan pertama dilakukan pre-test sebelum proses pembelajaran di mulai. Setelah itu, pendidik membentuk kelompok dengan 4-5 anggota dan memberikan satu perangkat pintar tiap satu kelompok. Di dalam perangkat pintar tersebut sudah disediakan e-modul untuk pembelajaran pada hari ini. Terdapat beberapa soal yang harus di jawab dan boleh mencari jawabannya di internet seperti google schoolar.Â
Pada pertemuan kedua sama seperti pertemuan sebelumnya yaitu menjawab atau mengidentifikasi soal yang telah disediakan pada e-modul. Setelah semua kelompok selesai mengerjakan soal tahap selanjutnya yaitu perwakilan kelompok mempresentasikan jawabannya di depan kelas. Bagi kelompok yang tidak maju di wajibkan untuk memberikan komentar atau saran pada kelompok yang melakukan presentasi. Lalu, diakhiri dengan menarik kesimpulan bersama-sama.
Penggunaan e-modul berbasis SOLE mendapat respon positif dari peserta didik ditunjukkan dengan meningkatnya semangat peserta didik dalam proses pembelajaran. Dengan model pembelajaran SOLE, peserta didik merasa pembelajaran berjalan dengan menyenangkan, karena mereka dapat dengan santai mengeksplorasi informasi baru melalui perangkat pintar dan dapat berdiskusi dengan teman kelas.