Mohon tunggu...
Berliyan Ramadhaniyanto
Berliyan Ramadhaniyanto Mohon Tunggu... -

Mahasiswa Ilmu Komunikasi Universitas Pembangunan Nasional "Veteran" Yogyakarta

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

AIESEC UPN Mengenalkan Budaya Yogyakarta ke Dunia melalui Pagelaran Seni dan Penggalangan Amal

28 Maret 2014   02:35 Diperbarui: 24 Juni 2015   00:22 210
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
13959233291717029750

Suasana Pendopo Dinas Kebudayaan DIY pada hari Minggu (02/03/2014) malam tampak ramai oleh orang-orang yang mayoritas berpakaian batik. Meski cuaca sedang diselimuti hujan gerimis, namun tak menyurutkan para penonton untuk menyaksikan pentas budaya yang diselenggarakan oleh AIESEC UPN “Veteran” Yogyakarta. Dengan tema “Real Life Story from Indonesia”, acara tersebut juga mengadakan penggalangan amal bagi korban yang tertimpa bencana Gunung Kelud dan Sinabung beberapa saat lalu. Pagelaran seni ini juga dihadiri oleh Pembina AIESEC UPN “Veteran” Yogyakarta, Nikolaus Loy, MA dan Ludiro Madu, S.I.P., M.Si.

Musik gamelan dan nyanyian sinden terus mengalun sepanjang acara. Mereka adalah pemain karawitan dari Desa Tepus, Gunungkidul. Namun, salah satu yang menarik perhatian penonton adalah dua orang pemain gamelan yang berwajah oriental dan masih belia. Mereka adalah Valerie dari South China Normal University dan Alex Chou dari Chung Yuan Christian University, Taiwan. Selain mereka berdua, ada pula Sophie yang berasal dari universitas yang sama dengan Valerie. Ia tidak ikut memainkan gamelan, namun ia unjuk kebolehan dalam menari tradisional. Pada acara tersebut, ia berkolaborasi dengan Ibu Dwi Djuwati dari Organisasi Perempuan Adiluhung dan Isnyati dari Sanggar Anak Bosskid, Desa Tepus untuk menari tarian Nusantara. Setelah itu dilanjutkan dengan tarian Nawung Sekar oleh Sophie, Ibu Dwi dan Aulia Marisa Khumaira, siswi kelas 4 SDN Monggang, Sewon, Bantul.

Tiga mahasiswa asing tersebut berada di Jogja selama enam minggu dalam rangka project sosial yang diadakan oleh AIESEC UPN “Veteran” Yogyakarta. Selama jangka waktu tersebut mereka belajar kebudayaan Jawa, seperti belajar bermain gamelan dan menari tradisional di Sanggar Bosskid serta belajar membuat mainan tradisional di Desa Pandes, Bantul.

Dari kiri ke kanan : Alex, Valerie dan Sophie, ketika memperkenalkan diri kepada penonton.



Menurut Pak Sukiran yang menjadi dalang pada acara pagelaran budaya tersebut menyatakan, mereka adalah mahasiswa asing yang disiplin selama latihan bermain gamelan dan menari tradisional. Dalang yang juga menjabat sebagai penasihat paguyuban karawitan Siswo Marsudi Wiromo itu mengatakan, para mahasiswa asing tersebut juga cepat menangkap apa yang diajarkan. “Meski terkendala dalam bahasa, namun karena mereka tekun berlatih dan tidak mudah mengeluh, sehingga hanya dalam waktu kurang dari dua minggu mereka sudah cukup paham dengan apa yang diajarkan. Penampilan mereka malam ini sudah bagus”, ujar pria yang akrab disapa Pak Pur tersebut. Ia juga menyatakan bahwa mereka pernah “ditantang” oleh pemilik Sanggar Bosskid yang juga menjadi pelatih mereka, Pak Bagong, untuk ikut serta dalam pentas pewayangan di Pantai Indrayanti.

Tidak hanya berlatih kebudayaan Jawa, menurut pendamping Sanggar Bosskid, Iskandar, selama di Desa Tepus mereka juga ikut berbagi dengan masyarakat sekitar. “Mereka mengikuti workshop tentang cara pembuatan pupuk fermentasi serta ikut membuat pupuk”, lanjutnya.

Acara tersebut ditutup dengan perkenalan tiga mahasiswa asing tersebut ke para penonton. Mereka menceritakan tentang asal mula mereka ke Jogja untuk mengikuti project sosial dan mengungkapkan banyak sekali pengalaman yang mereka dapatkan selama berada di Jogja, terutama saat berlatih kebudayaan Jawa dan mencoba membuat mainan tradisional di Desa Pandes.

“Acara ini diselenggarakan dengan tujuan supaya kebudayaan Jawa tetap dilestarikan dan juga mempromosikan Jogjakarta ke luar negeri”, kata Berlit Deddy Setiawan selaku ketua panitia. “Dana yang telah terkumpul untuk disumbangkan bagi korban bencana Gunung Kelud dan Sinabung sebesar Rp 4,9 juta. Donasi tersebut terkumpul dari hasil penjualan tiket masuk dan juga dari beberapa masyarakat Jogja yang ikut menyumbang”, ujarnya.

Mohon tunggu...

Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun