Suatu kali pernah terbersit dalam benakku sebuah pertanyaan, "Apa sih yang membedakan manusia dengan binatang ? Apakah manusia pada dasarnya adalah binatang, atau manusia adalah spesies yang benar-benar terpisah, berbeda dari binatang ?" Dulu waktu masi kecil aku diajari bahwa manusia itu diciptakan sebagai makhluk yang sempurna, serupa dengan Tuhan Sang Pencipta. Manusia juga berbeda dengan binatang. Binatang diciptakan lebih dulu sebelum manusia lalu barulah manusia diciptakan. Beranjak remaja, aku mulai diajari tentang Teori Evolusi yang diperkenalkan oleh Darwin. Belakangan aku tahu, Darwin mencuri ide tentang Teori Evolusi dari ilmuwan lainnya lalu mempublikasikannya lebih dulu sehingga Darwin-lah yang diakui sebagai penemu Teori Evolusi. Teori Evolusi menyatakan bahwa manusia adalah hasil evolusi dari kera yang bila dirunut ke belakang lagi adalah juga hasil evolusi dari makhluk bersel satu. Yeah, menurut Darwin ternyata Tukul dan Luna Maya itu berasal dari makhluk bersel satu yang sama yang menempuh jalan hidup evolusi yang berbeda. Teori Evolusi ditentang banyak orang karena dianggap meniadakan Teori Penciptaan yang telah diajarkan oleh agama selama berabad-abad. Dianggap sesat oleh kaum agamawan, ah itu biasa bagi para ilmuwan. Sebenarnya kita bisa menarik benang merah Teori Evolusi dengan Teori Penciptaan dengan cara merentangkan tempo waktu penciptaan dari enam hari menjadi enam juta tahun atau enam milyar tahun misalnya. Tapi toh itu tidak bisa menjadi pembenaran bagi Teori Evolusi karena namanya juga teori. Darwin melihat bahwa monyet dan Tukul nampak begitu mirip lalu menyimpulkan bahwa Tukul adalah hasil evolusi dari monyet. Ini seperti menyimpulkan bahwa Honda Tiger dan Yamaha Scorpio itu berasal dari pabrik yang sama hanya karena sama-sama memiliki dua roda, rantai, jok, tangki bensin dan stang. Maksa kali ye. Sejauh ini, aku masih belum bisa menerima ide bahwa manusia adalah hasil perkembangan dari binatang. Tapi demi melihat perilaku manusia yang lebih biadab dari binatang aku mulai bertanya-tanya, jangan-jangan manusia memang adalah binatang yang terkejam dari segala binatang yang ada ? Kita bisa lihat, singa membunuh byson untuk makan siangnya, buaya membunuh rusa untuk makan malamnya, tapi manusia bisa membunuh sesamanya manusia hanya karena ia menganggap manusia lain itu mengganggunya ! Binatang membunuh untuk memenuhi kebutuhan pangannya, manusia bisa membunuh hanya karena sakit hati ! Jadi inget kisah Kain dan Habil ya ? Kain membunuh Habil hanya karena iri persembahannya tidak diterima Tuhan. Ah, dongeng kuno kadang memang mengandung nilai-nilai kehidupan yang teramat dalam. Kebuasan manusia bahkan makin mengerikan ketika manusia membentuk kelompok-kelompok yang kita sebut sebagai suku, lalu berkembang menjadi kerajaan dan kini berkembang menjadi negara. Sejarah mencatat bahwa manusia tak lagi membunuh hanya karena sakit hati. Sejarah mencatat bahwa pembunuhan masal sering terjadi hanya karena iseng ! Para raja menganggap diri mereka kuat manakala bisa menaklukkan kerajaan-kerajaan lain di sekitarnya. Male emporium. Para pria hidup dengan mengandalkan kekuatan mereka. Pembantaian adalah bukti superioritas mereka. Manusia makin menjelma menjadi makhluk yang mengerikan, jauh lebih mengerikan daripada binatang. Lantas sebenarnya apa sih yang membedakan manusia dengan binatang ? Seorang agamis biasanya menjawab dengan kalimat sok religius, "Manusia itu ber-Tuhan, sementara binatang tidak." Benarkah demikian ? Atau kita hanya menyimpulkan dari apa yang kita anggap benar saja, seperti biasanya ? Siapa tahu justru hubungan binatang dengan Tuhan itu lebih dekat daripada hubungan manusia dengan Tuhan. Buktinya manusia merasa perlu membuat rumah-rumah untuk Tuhan supaya Tuhan mau tinggal di dekat mereka. Lalu kalau manusia itu ber-Tuhan sementara binatang itu tidak, mengapa manusia lebih kejam daripada binatang ? Malahan alasan Tuhan adalah salah satu alasan yang dipakai manusia untuk membenarkan tindakan kejamnya membunuh sesama manusia. Bahkan salah satu peperangan terbesar sepanjang sejarah umat manusia adalah peperangan dengan latar belakang "ajaran Tuhan." Jadi apakah "menyembah Tuhan" adalah kelebihan manusia dibanding binatang, ataukah justru kekurangan kita ? Sore ini aku disadarkan oleh status seorang teman di Facebook yang mengatakan begini, "Pola hidup konsumtif itu seperti ulat yang melahap dedaunan." Seperti terhenyak, aku menarik mundur tatapanku dari layar komputer. Aku sadar bahwa manusia dengan binatang itu tak jauh beda. Kita seringkali hidup seperti ulat, tak pernah kenyang. Hanya saja, ulat berhenti makan ketika waktunya tiba untuk bertapa dalam keheningan sebagai kepompong, sementara kita tidak. Kita terus saja makan dan makan dan makan dan makan apapun selama perut kita muat dan selama kantong kita penuh uang. Kita bahkan makan ketika kita tidak membutuhkan makan. Coba saja kita lihat berapa banyak dari pengguna Blackberry yang benar-benar menggunakan layanan utama Blackberry yaitu email service ? Kita adalah makhluk yang rakus, jauh lebih rakus dari ulat. Lalu kisah kuno kembali terngiang bertutur di telingaku, tentang manusia yang diusir dari Firdaus karena memakan buah yang sudah dilarang oleh Tuhan untuk dimakan manusia. Tahu kan mengapa manusia memakan buah itu ? Karena terpikat kata-kata sang ular, manusia ingin menjadi seperti Tuhan. Ya, manusia memang berbeda dengan binatang. Manusia adalah makhluk yang memiliki banyak sekali keinginan. Terlalu banyak malah. -- facebook.com/berlinsianipar berlinsianipar.wordpress.com kompasiana.com/berlin hidupitusingkat.posterous.com rekampandang.wordpress.com
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H