FOMO (Fear of Missing Out) adalah sebuah kondisi psikologis di mana seseorang mengalami kecemasan atau ketakutan yang intens karena merasa akan ketinggalan sesuatu yang menyenangkan, menarik, atau penting yang sedang dialami oleh orang lain. Ini adalah perasaan bahwa jika seseorang tidak ikut serta dalam suatu aktivitas atau peristiwa tertentu, mereka akan kehilangan pengalaman berharga dan merasa tertinggal dari orang lain. FOMO seringkali dipicu oleh paparan terus-menerus terhadap kehidupan orang lain melalui media sosial. Kita melihat postingan teman-teman, keluarga, atau influencer yang tampak bahagia, sukses, dan selalu menikmati hidup. Hal ini dapat memicu perasaan iri, tidak cukup baik, dan keinginan untuk ikut serta dalam segala sesuatu yang sedang populer.
Beberapa penyebab utama FOMO yaitu media sosial, faktor psikologis, lingkungan sosial, dan factor situasional. Media sosial memungkinkan kita untuk membandingkan hidup kita dengan kehidupan orang lain yang tampak sempurna. Hal ini dapat memicu perasaan iri dan tidak cukup baik. Kita cenderung hanya melihat sisi terbaik dari kehidupan orang lain di media sosial, sehingga menciptakan persepsi yang tidak realistis tentang kehidupan. Notifikasi dari berbagai platform media sosial mendorong kita untuk terus terhubung dan memeriksa apa yang sedang terjadi, bahkan ketika kita sedang beristirahat. Tidak hanya sosial media, tekanan untuk mengikuti tren atau gaya hidup tertentu dari teman sebaya juga dapat memicu FOMO. Budaya konsumerisme yang mendorong kita untuk terus membeli barang-barang baru dan mengikuti tren terbaru juga dapat memperkuat FOMO. Serta faktor situasional seperti perubahan besar dalam hidup, seperti pindah ke kota baru atau memulai pekerjaan baru, dapat memicu perasaan tidak pasti dan meningkatkan risiko FOMO.
FOMO memiliki pengaruh negatif yang signifikan terhadap kesehatan mental mahasiswa, terutama di zaman media sosial yang terus berkembang. Ketakutan untuk tertinggal informasi, pengalaman, atau aktivitas teman sering kali memicu perasaan cemas, stres, dan ketidakpuasan terhadap diri sendiri. Mahasiswa yang mengalami FOMO cenderung membandingkan hidup mereka dengan orang lain, yang dapat mengurangi rasa percaya diri dan meningkatkan risiko depresi. Selain itu, FOMO sering kali memengaruhi pola tidur, karena mereka merasa perlu untuk terus memantau media sosial hingga larut malam, yang berdampak pada konsentrasi dan kinerja akademik. Dalam jangka panjang, tekanan ini dapat mengganggu keseimbangan emosional dan memperburuk kualitas hidup mereka.
Untuk mengatasi FOMO dan menjaga kesehatan mental, mahasiswa dapat mulai dengan membatasi penggunaan media sosial, seperti menetapkan waktu tertentu untuk mengakses platform tersebut dan menghindari penggunaannya sebelum tidur. Mengembangkan rasa syukur terhadap apa yang dimiliki dapat membantu mengurangi kecenderungan untuk membandingkan diri dengan orang lain. Selain itu, mahasiswa disarankan untuk fokus pada kegiatan yang dapat memperkaya diri, seperti menjalani hobi, berolahraga, atau bergabung dengan komunitas yang mendukung. Menjaga komunikasi yang sehat dengan teman dan keluarga juga penting untuk membangun hubungan yang mendalam dan autentik. Jika FOMO terasa sulit untuk diatasi, mencari bantuan dari konselor atau psikolog dapat menjadi langkah yang efektif untuk memahami dan mengelola perasaan ini dengan lebih baik.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI