Mohon tunggu...
Berlian Aulia Miranda
Berlian Aulia Miranda Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Hai, saya Berlian Aulia Miranda, seorang mahasiswa jurusan PGSD dari Universitas Islam Nahdlatul Ulama Jepara yang memiliki kecintaan mendalam pada dunia pendidikan. Saya seorang pecinta novel, membaca adalah cara saya menemukan perspektif baru, dan memperkaya wawasan. Di Kompasiana, saya ingin berbagi tulisan tentang pengalaman belajar. Semoga tulisan saya dapat menginspirasi dan bermanfaat bagi pembaca

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Pendidikan untuk Semua: Cara Sekolah Menumbuhkan Toleransi terhadap Keberagaman

2 Januari 2025   20:25 Diperbarui: 2 Januari 2025   20:21 87
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

Keberagaman dalam masyarakat Indonesia merupakan suatu hal yang tidak dapat dihindari. Keberagaman ini mencakup berbagai aspek, seperti ras, agama, budaya, dan lain sebagainya. Masyarakat dituntut untuk mampu hidup berdampingan di tengah perbedaan tersebut. Toleransi bukan hanya sekadar menerima keberagaman, tetapi juga mencerminkan kemampuan kita untuk hidup berdampingan dengan penuh rasa hormat, meski dari latar belakang yang berbeda.

Sekolah dasar adalah tahap pendidikan yang sangat penting karena disinilah anak-anak mulai mengenal dan memahami perbedaan atau keberagaman yang ada di sekitar mereka. Toleransi harus ditanamkan kepada siswa sekolah dasar agar dapat mengembangkan karakter positif seperti belajar saling menghargai dan menghargai perbedaan agama, ras, suku, budaya, bahasa, dan golongan (Kamal & Maknun, 2023). Keberagaman ini tidak hanya mencerminkan perbedaan individu, tetapi juga menciptakan peluang untuk menanamkan nilai-nilai toleransi, penghargaan terhadap perbedaan, dan rasa saling menghormati sejak usia dini.

Keberagaman siswa tidak hanya sebatas mengenai agama, budaya dan suku tetapi mencakup faktor ekonomi dan kondisi siswa tersebut. Setiap siswa memiliki kondisi latar belakang yang berbeda yang berpengaruh pada cara mereka belajar, berinteraksi, dan menghadapi berbagai tantangan dalam kehidupan sehari-hari. Kondisi ekonomi keluarga turut berperan dalam menentukan akses siswa terhadap pendidikan dan berbagai sumber daya lainnya seperti buku, teknologi, atau kursus tambahan yang dapat mempengaruhi peluang belajar mereka. Masalah ketersediaan dana untuk melanjutkan sekolah berkaitan erat dengan kondisi ekonomi orang tua (Bramantha & Yulianto, 2020).

Siswa dengan kebutuhan khusus, seperti disleksia yang memengaruhi kemampuan membaca dan menulis, atau autisme yang berdampak pada cara mereka berkomunikasi dan berinteraksi sosial, memerlukan pendekatan pendidikan yang berbeda. Hal ini mengharuskan guru dan pihak sekolah untuk menyediakan dukungan dan strategi pembelajaran yang sesuai, sehingga mereka dapat belajar dengan optimal. Pendidikan inklusif telah menjadi tujuan penting sistem pendidikan diseluruh dunia, dengan tujuan untuk memastikan bahwa semua siswa, termasuk mereka yang berkebutuhan khusus, mempunyai akses terhadap kesempatan belajar yang setara (Ummah & Rahman, 2024). Keberagaman ini merupakan kesempatan bagi siswa untuk belajar lebih banyak tentang toleransi, empati, dan cara berinteraksi yang lebih baik dengan sesama. Namun, dalam praktiknya, masih banyak siswa yang mengalami kesulitan dalam menerima perbedaan ini sehingga sikap diskriminatif dan intoleran sering kali muncul di antara mereka. Sikap intoleran ini menjadi salah satu dari tiga dosa besar dalam dunia pendidikan di Indonesia, yang dapat menghambat terbentuknya lingkungan belajar yang positif dan meninggalkan trauma yang dapat bertahan seumur hidup.

Beberapa langkah yang dapat diambil oleh sekolah dasar untuk menciptakan lingkungan yang menghargai keberagaman. Salah satu cara adalah dengan mengintegrasikan nilai-nilai toleransi dan plurarisme ke dalam kurikulum sekolah. Mata pelajaran pendidikan pancasila dapat menjadi sarana yang efektif untuk mengenalkan konsep pluralisme dan hak asasi manusia. Melalui pelajaran ini, siswa diajarkan mengenai pentingnya hidup berdampingan dengan individu yang memiliki pandangan, budaya, dan keyakinan yang berbeda. Implementasi pembelajaran kewarganegaraan di sekolah perlu diperkuat dan disesuaikan dengan kebutuhan zaman. Pendekatan yang berbasis pengalaman, diskusi interaktif, dan proyek sosial dapat menjadi alternatif yang efektif (Adenta, Ichwansyah, & Anggraini, 2024).

Sekolah harus menciptakan lingkungan yang inklusif dan ramah bagi semua siswa, sehingga semua anak merasa diterima, dihargai, dan memiliki kesempatan yang sama untuk belajar dan berkembang. Sebuah lingkungan yang positif dapat memberikan rasa aman dan nyaman bagi siswa dalam proses belajar. Dalam mewujudkan suasana yang mendukung tersebut, peran guru sangatlah penting. Guru perlu mendorong interaksi antarsiswa dan memastikan bahwa setiap anak terlibat dalam kegiatan kelas hal ini dapat membuat siswa saling mengenal dan menghargai perbedaan yang ada.

Guru perlu mengambil langkah proaktif dalam menangani perilaku diskriminatif, bullying dan intoleran yang mungkin muncul di kelas. Ketika siswa melihat bahwa tindakan negatif tidak ditoleransi, mereka akan lebih memahami pentingnya menghormati satu sama lain. Ketika guru secara tegas dan konsisten menangani perilaku tersebut, siswa akan lebih cenderung untuk saling menghormati dan membangun hubungan yang lebih positif. Menciptakan suasana yang aman dan mendukung memungkinkan siswa untuk mengeksplorasi dan mengekspresikan diri mereka dengan bebas (Umar & Masnawati, 2024).

Guru memegang peranan yang sangat penting dalam menciptakan lingkungan yang mendukung toleransi dengan menanamkan nilai-nilai saling menghormati dan kerjasama di antara para siswa. Guru perlu memberikan contoh konkret dalam tindakan sehari-hari. Misalnya, jika ada siswa yang menunjukkan sikap atau komentar diskriminatif terhadap teman-teman sekelas, guru harus segera memberikan klarifikasi dan menjelaskan bahwa perbedaan merupakan hal yang perlu dihargai, bukan dijadikan alasan untuk mendiskriminasi.

Sekolah juga dapat mengadakan kegiatan yang melibatkan siswa secara langsung dalam mengenal keberagaman di sekitar mereka. Kegiatan seperti pertukaran budaya dan festival budaya memberikan kesempatan bagi siswa untuk mengenal berbagai tradisi dan kebiasaan dari berbagai suku di Indonesia. Festival budaya ini tidak hanya memperluas wawasan siswa tentang kekayaan budaya bangsa, tetapi juga menciptakan ruang bagi mereka untuk berinteraksi dengan teman-teman dari latar belakang yang berbeda. Melalui interaksi ini diharapkan siswa belajar untuk menghargai dan memahami cara hidup serta pandangan orang lain.

Pendidikan yang terus menerus tentang pentingnya toleransi akan memungkinkan siswa untuk menghargai perbedaan dan menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari, baik di lingkungan sekolah maupun di luar. Tingkat sekolah dasar mengajarkan mengenai nilai-nilai keberagaman dan kerukunan yang tidak hanya mempersiapkan siswa untuk cerdas secara akademis, tetapi juga membantu mereka mengembangkan sikap sosial dan emosional yang penting, seperti empati, pengertian, dan kemampuan untuk bekerja sama dengan orang-orang dari latar belakang yang berbeda. Dengan demikian, generasi muda yang dibekali dengan nilai-nilai ini akan lebih mampu menjaga persatuan dan kesatuan bangsa Indonesia, yang kaya akan beragam suku, agama, budaya, dan bahasa, serta menciptakan masyarakat yang harmonis dan saling menghormati.

Daftar Pustaka

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun