Mohon tunggu...
Berliana SekarMaulina
Berliana SekarMaulina Mohon Tunggu... Mahasiswa - Universitas Pertamina

It's my time to step into the spotlight, I’ve earned it.

Selanjutnya

Tutup

Film

Resensi Para Betina Pengikut Iblis, si Pemuas Nafsu Dunia Para Wanita

23 Januari 2024   18:00 Diperbarui: 23 Januari 2024   18:02 234
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Dengan kekuatan sihir Sari yang akhirnya dapat menemukan apa penyebab kematian Ningrum hanya dengan berbekal gelang yang ia temukan di kamar Ningrum. Sari tanpa belas kasihan rela membunuh pelaku dan orang-orang yang ia curigai sebagai pelaku pembunuhan adiknya. Sebelumnya Sari sempat mendatangi Asih dengan tujuan untuk bertanya apakah Asih mengetahui tentang gelang yang adiknya miliki tersebut. Lalu kemudian Asih berteriak seperti orang keserupan dan mulai mengeluarkan kata-kata sumpah serapah kepada Sari. Akhirnya Sari pergi membawa gelang Ningrum dengan jutaan rasa kesal dan kecurigaan di dalam benaknya terhadap Asih dan lelaki yang tinggal bersamanya.

Ketiga wanita ini bersekutu dengan iblis untuk membantu mereka membalaskan dendam dan mendapatkan kenikmatan duniawi yang mereka inginkan yang membuat ketiga wanita ini harus merelakan hidupnya direnggut oleh sang iblis. Seperti perkataan Sari kepada Dokter Freedman di salah satu scene yang menggambarkan dalam ledakan emosinya di ruang makan, “Kita adalah manusia-manusia ingkar calon penghuni neraka.” Sejurus kemudian, adegan mengerikan terjadi. Para Betina Pengikut Iblis adalah film yang menceritakan tentang kisah manusia tak berdaya dirayu setan.

Film ini sempat memicu kontroversi karena penggunaan diksi ‘betina’ pada judul yang tidak sesuai KBBI yang diperuntukkan untuk hewan atau benda. Namun pada film ini digunakan untuk menggantikan kata perempuan atau wanita. Film ini masuk kategori sebagai film dewasa yaitu untuk usia 21 tahun ke atas oleh LSF. Menurut sutradara dan salah satu pemain, Mawar De Jongh, terdapat adegan sadis yang berdarah-darah dan adegan seram lainnya yang membuat film ini mendapatkan kategori sebagai film dewasa. Senjata tajam yang tidak disensor dan adegan pembunuhan yang sangat terang-terangan ditunjukkan kepada penonton membuat film ini memiliki batas usia karena memerlukan pengetahuan dan kontrol diri yang cukup sesuai dengan mereka yang sudah berumur 21 tahun ke atas.

Secara sinematik, "Para Betina Pengikut Iblis" memiliki momen-momen visual yang mencengangkan. Sutradara berhasil menciptakan atmosfer yang khas dengan menggunakan teknik framing yang cerdas dan pengaturan pencahayaan yang dramatis. Namun, keindahan visual ini tidak mampu menyelamatkan ketidakseimbangan dalam pengembangan cerita. Satu aspek yang perlu diapresiasi adalah pilihan sutradara untuk menggunakan musik secara efektif. Skor musikal yang digunakan dengan bijak untuk meningkatkan ketegangan dan menciptakan suasana yang mencekam. Meskipun film ini memiliki kelemahan pada tingkat naratif, musik berhasil menjadi elemen pendukung yang kuat.

Film ini memuat nuansa jadul dari suasana lingkungan desa dan pakaian para aktor dan aktris sesuai dengan zaman yang digambarkan. Ada beberapa barang yang tak lazim di zaman yang digambarkan pada film yang dinilai tidak masuk akal. Ada beberapa ondimen rumah seperti pajangan dan dekorasi dinding yang terlalu modern untuk nuansa jadul dan kelam. Serta terdapat lemari pendingin untuk daging milik Sumi di dalam gubuk di tengah hutan. Apabila dilihat kondisi gubuk dan lokasi, lemari pendingin sangat tidak masuk akal karena listrik yang besar. Pada zaman tersebut lemari pendingin besar seperti itu belum ditemukan dan belum digunakan oleh masyarakat menengah ke bawah sehingga hal itu sangat tidak masuk akal.

Kekurangan lainnya terdapat pada konsep cerita yang dinilai kurang matang karena banyak sekali adegan yang dipaksakan terjadi dan tidak konsisten. Pesan moral yang sangat tersirat hampir tidak dapat ditafsirkan dengan jelas oleh penonton karena hanya menayangkan adegan horor dan sadis pada setiap adegannya. Aksi balas dendam yang dilakukan juga tanpa alasan karena terlalu banyak emosi yang tercampur sehingga penonton sulit untuk menangkap maksud dari sisi positif selain kesadisan film ini.

Kelebihan dari film ini seperti dikhususkan kepada kalian yang menyukai adegan horor dan sadis. Genre film ini sangat dimintai oleh para pencinta horor tanpa perlu memikirkan makna mendalam yang lainnya. Film ini menceritakan betapa seram dan bahayanya wanita yang dimakan oleh nafsunya sendiri hanya untuk merasakan kenikmatan duniawi dan memenuhi rasa penasaran serta ketidakpuasan mereka. Hawa nafsu tersebut dapat membelenggu manusia terutama para perempuan. Film ini akan membuat penontonnya merinding akan bahayanya godaan dunia dilihat dari cara Sari, Sumi, dan Asih saling membunuh tanpa rasa takut.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Film Selengkapnya
Lihat Film Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun