Hakikatnya manusia hidup sendiri, terlahir sendiri dan akan kembali sendiri. Tapi kebanyakan individu justru lebih mementingkan orang lain dari dirinya sendiri. Lebih memilih untuk memenuhi kebutuhan orang lain, kesenangan orang lain, cinta dan kasih sayang untuk orang lain ketimbang dirinya sendiri. Bahkan tidak sedikit dari mereka yang kehilangan dirinya sendiri hanya untuk orang lain. Setelah kehilangan diri sendiri, barulah menyadari bahwa tidak ada yang dapat diandalkan kecuali diri sendiri.
Tanpa kita sadari segala hal yang kita lakukan semata-mata hanyalah untuk diri sendiri, sekalipun itu bukan hal yang menyenangkan. Segala permasalahan tarik garisnya ada pada diri sendiri, bagaimana kita melihatnya, bagaimana kita menyikapinya. Percaya tidak percaya tidak ada hal yang menyakitkan kecuali kita yang mengizinkannya, “We don’t over react, when it hurts it hurts” memang benar mau bagaimanapun hal yang menyakitkan tetaplah menyakitkan, kita tidak bisa mengontrol manusia untuk tidak menyakiti, tapi kita bisa mengontrol diri sendiri sampai kapan menerima rasa sakit itu.
Contoh yang terjadi dalam lingkungan sekitar, aku memiliki teman yang tidak diperbolehkan kuliah keluar kota dan menyarankannya untuk daftar saja terlebih dahulu, toh semisal keterima di UGM masa iya ditolak. Nyatanya, orangtuanya tidak mau membiayai sekalipun dia nekat untuk daftar diluar kota. Tapi sebenarnya bisa kan? Dengan syarat dia harus mengeluarkan effort lebih untuk membiayai dirinya sendiri. Tapi dia lebih memilih untuk tidak mengeluarkan effort lebih dan menuruti orangtua untuk kuliah dikota sendiri. Apa yang dia lakukan pada akhirnya untuk dirinya sendiri, sekalipun itu bukan hal yang menyenangkan. “Gapapa deh aku jalani yang ini, yang penting lihat orangtua bahagia” point nya adalah dimana kamu melihat orangtuamu bahagia, bukan orangtua bahagia. Kamu melakukannya untuk dirimu sendiri, demi dirimu yang melihat orangtuamu dalam keadaan bahagia.
Dalam buku yang aku baca dengan judul Mental Therapeutics, tertulis bahwa tak ada seseorang pun yang memiliki penghormatan, pemujaan, dan penghargaan yang lebih besar, lebih dalam, atau lebih mendalam daripada memiliki “Aku”. Segala tarik garisnya ada pada diri sendiri, akarnya ada pada diri sendiri. Temukan diri sendiri, kenali diri sendiri. Karna ikan hidup pasti melawan arus dan ikan mati pasti terbawa arus. Tidak ada yang lebih penting dari diri sendiri dan tidak ada kehilangan yang harus dikhawatirkan selain kehilangan diri sendiri.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H