Mohon tunggu...
Berliana Rahma Wardani
Berliana Rahma Wardani Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Sebagai seorang mahasiswa, saya memiliki rasa ingin tahu yang tinggi. Saya senang menjelajahi berbagai bidang ilmu pengetahuan dan selalu berusaha untuk memperbarui informasi yang saya miliki. Saya percaya bahwa pembelajaran adalah proses yang berkelanjutan dan saya sangat menikmati setiap kesempatan untuk belajar sesuatu yang baru.

Selanjutnya

Tutup

Parenting

Membangun Harmoni: Pola Komunikasi Dengan Orang Tua di Tanah Rantau

3 Januari 2025   16:49 Diperbarui: 3 Januari 2025   16:49 19
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Parenting. Sumber ilustrasi: Freepik

Pada masa globalisasi dan urbanisasi yang semakin pesat, banyak orang tua yang mengirimkan anak-anak mereka untuk melanjutkan pendidikan di luar kota atau jauh dari daerah asal. Tujuan utamanya tentu agar anak mereka mendapatkan fasilitas pendidikan yang lebih baik dan kesempatan untuk membangun relasi yang dapat mendukung karier di masa depan. Proses perantauan ini tidak hanya menghadirkan tantangan akademik bagi mahasiswa, tetapi juga mempengaruhi kehidupan sosial mereka. Terpisah dari keluarga memaksa mahasiswa untuk belajar mandiri sekaligus menyesuaikan diri dengan lingkungan baru yang mungkin berbeda, terutama bagi mereka yang berasal dari daerah yang cukup jauh. Menghadapi berbagai tantangan ini, komunikasi emosional dengan orang tua tetap menjadi faktor penting dalam menjaga kesejahteraan mahasiswa. Komunikasi yang efektif dengan orang tua dapat memberikan dukungan emosional yang diperlukan, terutama ketika hidup di perantauan sering kali penuh dengan tantangan.

Kemajuan teknologi saat ini memungkinkan adanya komunikasi jarak jauh yang lebih mudah dan cepat. Mahasiswa dapat memanfaatkan berbagai aplikasi seperti panggilan suara, video call, atau aplikasi pesan teks untuk menjaga hubungan dengan orang tua. Dengan adanya teknologi ini, mahasiswa merasa tetap terhubung dengan orang tua meskipun berada jauh di luar kota. Secara umum, mahasiswa lebih memilih menggunakan panggilan telepon dan video call karena merasa cara ini memungkinkan mereka untuk mendengar dan melihat keadaan orang tua mereka secara langsung, sehingga terasa lebih dekat dan praktis. Namun, ada juga yang lebih memilih aplikasi pesan teks karena lebih fleksibel, terutama ketika keduanya memiliki kesibukan yang padat. Meskipun begitu, kekurangan dari komunikasi melalui pesan teks adalah terkadang balasan yang diterima tidak langsung, sehingga kurang praktis.

Salah satu manfaat utama dari komunikasi antara mahasiswa perantau dan orang tua adalah menjaga hubungan emosional yang erat meskipun terpisah jarak. Mahasiswa seringkali merasa rindu atau kesepian selama di perantauan, dan komunikasi dengan orang tua dapat membantu mengurangi perasaan tersebut.
 
Dengan berbicara tentang perasaan dan permasalahan yang dihadapi, mahasiswa bisa mengurangi stres dan merasa lebih didukung, yang pada gilirannya membantu mereka menjalani kehidupan perantauan dengan lebih baik. Walaupun frekuensi komunikasi antara mahasiswa dan orang tua bervariasi, kualitas percakapan tetap menjadi faktor kunci yang mempengaruhi efektivitas komunikasi tersebut. Percakapan yang lebih mendalam dan terbuka cenderung memberikan lebih banyak dukungan emosional dibandingkan komunikasi yang hanya sebatas menanyakan kabar. Mahasiswa merasa bahwa percakapan yang penuh makna memberi mereka rasa aman dan termotivasi, baik dalam kehidupan sehari-hari maupun dalam pencapaian akademik.


Kesehatan mental mahasiswa sangat dipengaruhi oleh interaksi yang mereka lakukan, terutama dengan orang tua. Komunikasi dengan orang tua dapat menjadi jalan keluar bagi mahasiswa untuk merasa lebih baik, terutama ketika mereka dihadapkan pada berbagai masalah. Berbicara tentang masalah sehari-hari dapat membantu mahasiswa mencari solusi dan merasa lebih dekat dengan keluarga, yang dapat mengurangi rasa homesick meskipun mereka jauh dari orang tua. Dukungan emosional yang mereka terima dari orang tua juga berdampak pada prestasi akademik. Ketika mahasiswa merasa didukung secara mental, mereka menjadi lebih bertanggung jawab terhadap perkuliahan dan lebih fokus dalam menyelesaikan tugas-tugas akademik. Namun, ada juga sebagian mahasiswa yang merasa bahwa dukungan dari orang tua tidak berpengaruh pada prestasi mereka. Bagi mereka, prestasi dan tanggung jawab akademik lebih bergantung pada motivasi dan usaha pribadi. Hal ini tidak dipengaruhi dari frekuensi komunikasi dengan orang tua, karena sebagian mahasiswa yang merasa tidak terpengaruh tetap memiliki komunikasi yang cukup intens dengan orang tua mereka

Meski teknologi komunikasi saat ini semakin berkembang, beberapa hambatan masih sering ditemui dalam komunikasi jarak jauh. Beberapa di antaranya adalah perbedaan waktu, kesibukan masing-masing pihak, dan keterbatasan dalam penggunaan teknologi. Beberapa mahasiswa merasa bahwa orang tua mereka kurang familiar dengan aplikasi terbaru, seperti Instagram atau TikTok,  yang  menyebabkan  kesulitan  dalam  berkomunikasi.  Hal  ini  juga menghambat orang tua dalam mengawasi kehidupan sosial anak mereka yang seharusnya lebih mudah dilakukan di era digital ini.


Selain itu, ada juga mahasiswa yang merasa kurang nyaman dengan pengawasan orang tua terhadap aktivitas mereka di media sosial. Mereka cenderung lebih menjaga privasi dan memilih untuk tidak berbagi terlalu banyak di platform- platform tersebut. Hal ini dapat menciptakan jarak emosional meskipun komunikasi tetap berjalan. Mahasiswa merasa bahwa kepribadian mereka di dunia maya berbeda dengan apa yang mereka tunjukkan kepada orang tua. Keterbatasan orang tua dalam memahami teknologi juga menjadi kendala dalam menciptakan komunikasi yang lebih terbuka. Kesulitan dalam menggunakan platform seperti Instagram dan TikTok membuat interaksi di dunia maya menjadi kurang efektif, sehingga mahasiswa lebih memilih menjaga jarak dalam hal ini.

Secara keseluruhan, komunikasi yang efektif antara mahasiswa perantau dan orang tua sangat penting dalam menjaga hubungan emosional, memberikan dukungan mental, dan meningkatkan motivasi akademik mahasiswa. Walaupun frekuensi komunikasi bisa bervariasi, kualitas percakapan dan kedalaman interaksi yang terjadi lebih menentukan efektivitas komunikasi tersebut. Mahasiswa yang merasa didukung secara emosional dan diberi ruang untuk berbicara tentang tantangan yang mereka hadapi cenderung merasa lebih tenang dan fokus dalam menjalani kehidupan di perantauan.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Parenting Selengkapnya
Lihat Parenting Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun