Seorang pria di Korea Selatan meninggal dunia setelah terinfeksi amoeba pemakan otak. Dikutip dari The Korea Herald, pria tersebut sebelumnya telah dirawat di rumah sakit karena mengalami gejala seperti sakit kepala, demam, mual, dan muntah. Setelah dua pekan dirawat di rumah sakit, pria tersebut meninggal dunia tepatnya pada Senin (26/12/2022).
Badan Pencegahan dan Kontrol Penyakit Korea (KDCA) melaporkan telah mengambil tes genetik dan ditemukan infeksi Naegleria folweri sebagai penyebab kematian pria tersebut.
Naegleria folweri atau yang lebih dikenal sebagai amoeba pemakan otak merupakan organisme bersel tunggal yang dapat ditemukan di air tawar. Organisme ini tidak dapat dilihat dengan mata telanjang sehingga perlu bantuan mikroskop untuk melihatnya.
Amoeba pemakan otak menginfeksi manusia melalui air yang masuk ke hidung dan terkontaminasi organisme tersebut. Apabila amoeba jenis ini masuk ke dalam tubuh manusia dapat menyebabkan meningoensefalitis, yaitu infeksi pada jaringan otak dan selaput otak. Amoeba masuk ke dalam tubuh melalui hidung lalu berjalan ke otak melalui saraf penciuman.
Infeksi amoeba di otak menyebabkan peradangan otak sampai hancurnya jaringan otak sehingga dapat berujung pada kematian. Gejala yang muncul antara lain sakit kepala, leher kaku, kesadaran terganggu, hingga kehilangan keseimbangan.
Apabila mengalami gejala serupa segera konsultasikan ke dokter untuk mendapatkan pertolongan medis. Untuk mendiagnosis infeksi amoeba pemakan otak diperlukan pemeriksaan laboratorium berupa cerebrospinal fluid (CSF). Pemeriksaan CSF dilakukan untuk mendeteksi keberadaan amoeba pemakan otak yaitu Naegleria fowleri dengan mengambil sampel cairan di sekitar otak.
Jenis amoeba pemakan otak ini banyak ditemukan di perairan hangat seperti sungai, danau, serta tanah. Air yang terkontaminasi amoeba pemakan otak dapat menjadi media bagi organisme tersebut untuk menginfeksi seseorang.Â
Untuk mencegah paparan amoeba pemakan otak dapat dengan menghindari berenang atau lompat ke danau, sungai, dan perairan tawar terutama saat musim panas. Selain itu, dapat menutup hidung saat melompat dan menyelam ke air tawar supaya air tidak masuk ke rongga hidung.
Oleh karena itu, perlu diwaspadai saat berenang di daerah atau lingkungan penyebarannya. Lantaran sebagian besar kasus berasal dari korban yang berenang di perairan tempat amoeba pemakan otak ini berkembang.
Berliana Putri Safitri, NIM 102111133096, IKM 3C, Program Studi S1 Kesehatan Masyarakat, Fakultas Kesehatan Masyarakat, Universitas Airlangga.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H