Singosari, 26 Desember 2024, Dusun Kreweh, yang berada di Desa Gunungrejo, Kecamatan Singosari, merupakan salah satu wilayah agraris yang didominasi oleh aktivitas pertanian sebagai mata pencaharian utama masyarakatnya. Mayoritas penduduk di dusun ini adalah petani yang mengelola lahan mereka dengan penuh dedikasi, dan kopi menjadi salah satu komoditas unggulan yang dihasilkan dari wilayah tersebut. Dengan kondisi geografis dan iklim yang mendukung, budidaya kopi di Dusun Kreweh telah berkembang menjadi kegiatan utama yang tidak hanya menopang kebutuhan ekonomi masyarakat lokal, tetapi juga menjadi bagian penting dari identitas dan budaya agraris mereka. Dusun Kreweh, yang dikenal sebagai daerah dengan potensi agraris dan kehutanan yang melimpah, telah mendorong terbentuknya berbagai kelompok usaha tani untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Kelompok Tani Hutan (KTH) Wonosoborejo di Dusun Kreweh, Desa Gunungrejo, Kecamatan Singosari, merupakan wadah bagi para petani untuk mengembangkan usaha kehutanan, baik di dalam maupun di luar kawasan hutan. Salah satu anggota KTH yang inspiratif adalah Bapak Sanuri, pemilik kebun kopi seluas 3 hektare.Â
Pada hari Kamis (26/12), tim Kuliah Kerja Mahasiswa (KKM) 113 Amurwabhumi dari UIN Â Mauliana Malik Ibrahim Malang mengunjungi kebun kopi milik Bapak Sanuri. Kami dapat mengunjungi kebun Bapak Sanuri diantarkan oleh Bapak Kholil yang merupakan ketua Kelompok Tani Hutan (KTH) Wonosoborejo. Lokasi kebun tersebut berada diatas hutan yang aksesnya lumayan terjal pada musim hujan saat ini. Dalam kunjungan tersebut, beliau menceritakan perjalanan panjangnya dalam mengelola kebun kopi yang pernah mengalami kebakaran pada tahun 2018. Kebakaran tersebut memaksanya untuk menanam ulang seluruh pohon kopi di lahan miliknya.Â
Saat ini, kebun kopi Bapak Sanuri ditanami dua jenis kopi, yakni kopi Robusta (kopi Jawa) dan kopi Arabika. Kedua jenis kopi ini memiliki ciri khas masing-masing, terutama pada bentuk daunnya. Kopi Robusta memiliki daun yang lebih lebar, sedangkan daun kopi Arabika cenderung lebih kecil. Beliau kemudian menjelaskan secara lebih detail, mengenai perbedaan rasa dari kedua jenis kopi tersebut. Menurut Bapak Sanuri, buah kopi mulai bisa dipanen pada tahun kedua setelah penanaman, sementara kualitas dan konsistensi hasil terbaik biasanya diperoleh pada tahun ketiga. Buah kopi yang siap dipanen ditandai dengan warna merah cerah.Â
Dari lahan seluas 3 hektare, Bapak Sanuri menanam sekitar 900 pohon kopi yang mampu menghasilkan 2 hingga 3 ton buah kopi mentah setiap musim panen. Buah kopi mentah ini dijual dengan harga Rp12.000 hingga Rp13.000 per kilogram.Â
Keberhasilan Bapak Sanuri dalam menghasilkan kopi berkualitas ternyata berawal dari pembelajaran mandiri (Otodidak). Ia mengaku mendapatkan ilmu dari tayangan televisi yang membahas teknik menanam kopi dengan baik. Tips tersebut kemudian ia terapkan secara konsisten, sehingga kebunnya kini mampu menghasilkan buah kopi yang berkualitas tinggi.Â
Tak hanya kebun Kopi, beliau juga merawat berbagai tanaman lain, seperti Coklat, Cabai Rawit, Jagung, dan lainnya. Kisah Bapak Sanuri menjadi inspirasi bagi banyak orang, khususnya bagi petani kopi lainnya di wilayah Singosari. Dedikasinya menunjukkan bahwa kerja keras dan kemauan untuk terus belajar adalah kunci keberhasilan dalam mengelola lahan dan mencapai panen yang maksimal. Setelah perbincangan Panjang tersebut, kami menyempatkan untuk berfoto bersama dengan Bapak Kholil dan Bapak Sanuri.
Writer : Ramadhinta Novianti
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H