Mohon tunggu...
Martha Weda
Martha Weda Mohon Tunggu... Freelancer - Mamanya si Ganteng

Nomine BEST In OPINION Kompasiana Awards 2022, 2023. Salah satu narasumber dalam "Kata Netizen" KompasTV, Juni 2021

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Artikel Utama

Hidup Sudah Berat, Jangan pula Reuni Bikin Tambah Berat!

13 Oktober 2023   11:57 Diperbarui: 13 Oktober 2023   18:32 834
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Reuni (dokumentasi pribadi) 

Beberapa hari lalu, saya dan teman-teman semasa kuliah mengadakan reuni kecil-kecilan. 

Tidak banyak yang bisa hadir dalam reuni tersebut, kurang dari 10 orang. Namun, karena beberapa teman ada yang mengajak serta suami dan anak-anak mereka, jumlah total yang hadir nyaris 15 orang.

Bertempat di kediaman salah seorang teman daerah Serpong, Tangerang, pertemuan berlangsung meriah dan penuh keceriaan.

Kami yang hadir adalah teman-teman satu kos saat kuliah dulu, berasal dari tiga angkatan.

Sebenarnya mahasiswi penghuni kos kami dulu cukup banyak, lebih dari 30 orang. Namun, mengumpulkan orang dalam satu waktu tidaklah mudah.

Terlebih semuanya sudah memiliki kehidupan masing-masing. Banyak pula diantaranya tinggal di luar Jabodetabek, sehingga kesulitan untuk hadir.

Reuni kos-an seperti ini rutin kami gelar, antara 1-2 kali dalam satu tahun, bergantung pada momen yang pas untuk sebagian besar kami bisa meluangkan waktu.

Datang ke reuni sendiri sebenarnya gampang-ganpang susah. Maksudnya kalau dilihat dari sisi mood, ya. Apalagi dalam cuaca panas yang sangat tidak mendukung seperti saat ini. Saya sendiri semula malas-malasan untuk berangkat reuni.

Reuni (dokumentasi pribadi) 
Reuni (dokumentasi pribadi) 

Bayangkan saja, acara dimulai sekitar pukul dua siang, dan saya berencana naik Commuter Line dari Stasiun Pasar Minggu.Jadinya, saya pun harus berangkat dari rumah sekitar pukul 11 siang. Dan saat itu, matahari sedang sangar-aangarnya.

Hanya saja, mengingat selalu ada keseruan dalam tiap reuni, sayang rasanya kalau dilewatkan begitu saja.

Terbukti, acara berlangsung seru sekali. Rasanya seperti balik ke masa mahasiswi dulu. Penuh guyon, nostalgia mengalir, saling ledek perihal masa lalu, senang sekali.

Melihat perjalanan reuni kami yang sudah kesekian kali dilakukan sejak beberapa tahun silam, sebagian besar dari kami sangat memahami aturan main dalam reuni.

Meskipun tidak ada rambu-rambu tertulis, pun tidak pernah terucapkan dari salah seorang kami, sepertinya kami sangat mengerti ada hal-hal tabu yang sebaiknya tidak dilakukan saat reuni.

1  Bermain gadget

Buat apa reuni kalau masing-masing masih sibuk dengan hape, ya kan? Kalau mau sibuk dengan gadget, mending di rumah masing-masing saja, mengobrol di grup WA dan tidak perlu reuni.

Tujuan reuni tidak lain untuk bersilaturahmi, saling melepas kangen, menjaga dan mengulik berbagai nostalgia dan kenangan, (terutama yang lucu-lucu, hehe...), serta sharing untuk saling menguatkan dan membangun. Kalau semua sibuk dengan gadget saat reuni, tetntulah sia-sia gelaran reuni tersebut.

Untunglah, saya dan teman-teman sangat mengerti hal ini. Gadget hanya kami pegang jika akan mengirim pesan atau jika ada panggilan masuk saja. Juga hanya digunakan untuk mengambil gambar.

Mungkin karena itu pula, acara reuni menjadi seru dan tidak membosankan. Cerita-cerita nostalgia mengalir begitu lancar, satu dengan yang lain saling menambahkan dan melengkapi kenangan, lalu ditimpali pula dengan saling melempar gurauan-gurauan hangat.

2. Pamer pencapaian

Setiap orang memiliki pencapaian berbeda dalam kehidupannya, baik dalam karir, asmara, maupun pencapaian materi.

Dari sisi karir, misalnya. Meskipun berasal dari satu institusi pendidikan yang sama, pekerjaan dan karir yang kemudian dimiliki bisa berbeda-beda. Ada yang karirnya begitu melesat hingga mencapai jajaran pimpinan tertinggi dalam sebuah perusahaan, tetapi tidak sedikit pula yang karirnya biasa-biasa saja.

Bangga lalu memamerkan pencapaian pribadi memang hak setiap orang, tidak ada larangan untuk itu. Tetapi lakukanlah pada tempat dan waktu yang tepat. Misalnya di forum-forum motivasi dan pengembangan diri.

Sementara, reuni bukan tempat yang cocok untuk itu. Alih-alih memotivasi, pamer pencapaian berpotensi menyombongkan diri.

Berbagai cara dilakukan orang-orang tertentu untuk memamerkan pencapaian karirnya. 

Ada yang mengambil waktu pada saat mengobrol. Dengan dalih berbagi manfaat dan motivasi, di sela-sela perbincangan mereka membeberkan pencapaian-pencapaian yang telah diraih.

Ada pula yang dengan cara pura-pura tanya pekerjaan seseorang, lalu setelah dijawab, dia akan menimpali dengan cerita panjang-lebar tentang segala keberhasilannya.

Sebelas-dua belas dengan pamer pencapaian karir, yakni pamer pencapaian materi. Dalam reuni, rasanya tidak perlulah menceritakan harta kepemilikan, hingga merinci kekayaan yang dimiliki seperti punya rumah berapa, mobil berapa, sawah sekian hektar. Buat apa? Hanya sekadar cerita atau butuh pengakuan?

Begitu pula dengan pencapaian dalam kehidupan asmara dan rumah tangga, tidak perlulah diumbar, kecuali ada yang bertanya.

Karena bisa saja ada teman yang belum berhasil dalam kehidupan asmara, dan belum menikah pula, lalu menjadi tidak nyaman berada di tengah-tengah reuni.

Oleh sebab itu, sebaiknya hindari memamerkan pencapaian-pencapaian pribadi.

Dengan menghindari pamer-pamer seperti itu, kita sedang berusaha menjaga perasaan satu dengan yang lain. Juga menjaga hubungan pertemanan tetap terjalin baik.

3. Kepo kehidupan pribadi teman

Meskipun berteman, kita tidak bisa sembarangan kepo kehidupan pribadi orang lain. Karena umumnya orang tidak suka kehidupan pribadinya diusik.

Misalnya, dengan mengajukan pertanyaan: suami/istri kerja dimana, sudah punya anak atau belum, dan sebagainya. Pertanyaan-pertanyaan tersebut bisa saja sangat sensitif bagi orang-orang tertentu.

Untuk mencegah salah berucap saat reuni, ada baiknya sebelum itu mencari tahu sekilas tentang kehidupan teman, misalnya dengan cara stalking di sosial media. Kalaupun ragu sama sekali tentang seperti apa kehidupannya, sebaiknya menahan diri untuk tidak bertanya-tanya terlalu dalam.

Contohnya saja, orang yang sudah menikah bertahun-tahun tetapi belum punya anak, tentu akan sensitif bila ditanya tentang anak. Atau pasangannya (suami/istri) baru terkena PHK, tentu akan sangat sedih ketika ditanya tentang apa pekerjaannya suami/istrinya.

Lain hal, jika yang bersangkutan sendiri berkenan berbagi masalah. Jika begitu, tidak ada salahnya semua teman berusaha membantu. 

4. Membangkit-bangkitkan kisah asmara masa lalu

Pada umumnya kita mengawali kisah asmara saat SMP, SMA atau masa kuliah. 

Pada fase-fase ini pula biasanya cinta monyet dan cinta pertama mulai menawan hati.

Namun demikian, setelah tahun-tahun berlalu, semua kisah itu menjadi kisah usang, basi, dan tidak layak lagi dkonsumsi.

Beda cerita, bila kisah asmara tersebut berlanjut dan saling menjalin janji suci.

Reuni sangat berpotensi terjadinya CLBK (Cinta Lama Bersemi Kembali). Banyak kejadian membuktikan hal tersebut.

Buat mereka yang sudah "selesai" dengan segala kisah asmara masa lalu, harus berhati-hati dengan ini.

Oleh karena itu, ada baiknya tidak ada satupun teman-teman reuni yang mengungkit-ungkit kisah-kisah asmara tersebut. Terutama dalam reuni besar dimana teman laki-laki dan perempuan berkumpul, dan para pemilik kisah asmara itu pun hadir di sana.

Jangan pula dipasang-pasangkan atau dijodoh-jodohkan lagi sepanjang acara, sekalipun tujuannya hanya untuk bercanda.

Apalagi kalau setiap pemilik kisah asmara tersebut sudah menikah. Tentu bisa membahayakan keutuhan rumah tangga masing-masing.

***

Dari berbagai cerita yang banyak saya dengar dan baca selama ini perihal reuni, empat hal tersebut jamak terjadi ketika reuni. Banyak orang menghindari reuni karena beberapa kebiasaan di atas terjadi saat reuni.

Misalnya, banyak yang pamer kekayaan dan karir saat reuni, sehingga mereka yang merasa memiliki kekayaan dan karir biasa-biasa saja enggan datang.

Begitu pula, karena banyaknya yang usil menanyakan "sudah menikah atau belum? ", atau "sudah punya anak atau belum? " kala reuni, membuat mereka yang belum menikah atau belum memiliki anak, ogah ikutan reuni.

Tidak sedikit pula, orang yang tidak mengizinkan pasangannya pergi reuni, karena takut pasangannya bertemu mantan disana dan berakhir CLBK.

Akhir kata, gelaran reuni bukan ajang pamer, kepo, sibuk nge-gadget sendiri, apalagi sarana CLBK. Buang jauh semua budaya itu.

Jadikan reuni sebagai sarana melekatkan persahabatan, mempererat tali silaturahmi, berbagi hal-hal positif, dan buat hepi-hepi.

Jangan sampai, pulang reuni, kepala jadi mumet karena ditanya macam-macam, stres mendengar semua pencapaian teman, bahkan terbayang-bayang mantan. Oh, no! 

Hidup sudah berat, jangan pula reuni bikin tambah berat! 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun