Mohon tunggu...
Martha Weda
Martha Weda Mohon Tunggu... Freelancer - Mamanya si Ganteng

Nomine BEST In OPINION Kompasiana Awards 2022, 2023. Salah satu narasumber dalam "Kata Netizen" KompasTV, Juni 2021

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Percayakan Anak Anda, Sinotif Bukan Sekadar Bimbel Online Biasa

29 Januari 2022   10:00 Diperbarui: 30 Januari 2022   22:13 1213
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Memiliki anak usia sekolah, SD hingga SMA menuntut orangtua berperan aktif menyukseskan pendidikan anak. Hanya saja, berbagai kendala dan keterbatasan menuntut orangtua mencari bantuan dari bimbingan belajar yang kompeten, modern, berkualitas dan terpercaya.

Pandemi Covid-19 membawa pengaruh yang sangat signifikan bagi dunia pendidikan. Kegiatan belajar mengajar yang semula dilakukan setiap hari di sekolah, beralih ke rumah masing-masing.

Hampir dua tahun anak-anak dipaksa belajar mandiri. Orangtua murid pun dituntut terlibat dalam kegiatan belajar dari rumah ini. Terlebih orangtua yang masih memiliki anak usia sekolah, dari tingkat SD hingga SMA, termasuk saya.

Sebagai ibu yang memiliki anak yang saat itu duduk di kelas 5 SD, saya merasakan bagaimana rasanya tiba-tiba harus menjadi "guru" untuk semua mata pelajaran.

Semakin hari saya melihat anak saya cukup kewalahan mengikuti materi berjalan, khususnya pelajaran yang penuh dengan rumus dan hitungan yaitu matematika.

Keterbatasan waktu pertemuan dengan guru Matematika, sementara materi cukup padat dan semakin jelimet menjadi kendala utama.

Tidak hanya itu, kendala juga datang dari saya sebagai orangtua. Saya memiliki keterbatasan waktu untuk menjadi pengajar bagi anak saya.

Saat ini anak saya sudah duduk di bangku kelas 7 sebuah SMP swasta di Jakarta. Materi pelajaran Matematika yang diterima semakin terasa berat baik buat anak saya, terlebih buat saya.

Akibatnya, hal ini berpengaruh pada nilai-nilai ulangannya yang hanya bisa berada pada angka pas-pasan. Akibat lainnya, anak saya pun jadi kurang termotivasi untuk belajar Matematika.

Semangat belajarnya langsung surut begitu disuruh mengerjakan soal latihan. Seperti ada persepsi yang terbangun dalam benaknya bahwa Matematika adalah pelajaran yang tidak menarik, sulit dan menakutkan.

Oleh karena itulah, saya dan suami akhirnya memutuskan untuk mencari bimbingan belajar (bimbel) yang kompeten di bidangnya, yang dapat membantu anak saya menyukai Matematika, dan pastinya dapat meningkatkan prestasi akademiknya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun