Namun, beberapa kali juga jam minum susunya terlewatkan karena saya kebablasan tidur. Kasihan.
Suami sering mengingatkan lsaya untuk tidak terlalu sering bangun malam, takut saya kecapekan. Terapi saya nggak sampai hati untuk tidak peduli dan tidur nyenyak, kasihan takut momoy kelaparan.
Lagipula saya pikir pemberian susu ini tidak lama. Setelah dia bisa mengonsumsi makanan kucing selain susu, saya tidak akan repot lagi.
Seminggu pertama dijalani dengan mulus. Momoy sehat meski minum susunya susah sekali. Momoy sudah mulai bisa berjalan meskipun masih goyang-goyang. Kedua matanya pun sudah terbuka sempurna, lucu dan menggemaskan sekali.
Saya dan anak saya pun senang sekali. Harapannya momoy sehat terus dan cepat besar.
Sampai pada hari ke-10 kondisi momoy terlihat tidak sehat. Momoy yang tadinya aktif bergerak di dalam kardus, tiba-tiba terlihat tidur terus dan malas bergerak.Â
Suara ngeong-ngeongnya pun mulai tidak terdengar. Biasanya setiap kali lapar, momoy akan mengeong dengan nyaring.
Demi menyemangati diri sendiri, saya pun berusaha menepis kegalauan. Saya menghibur diri mungkin saja momoy memang lagi senang tidur.
Pada hari ke-10 ini pula momoy mulai tidak mau menyusu lagi. Sekalipun dot susu masuk ke mulutnya, tetapi momoy tidak mau menghisapnya. Berkali-kali saya coba tetap tidak mau.Â
Akhirnya saya teteskan susu sedikit-sedikit ke dalam mulutnya, berhasil. Namun, momoy tidak lagi aktif seperti beberapa hari sebelumnya, terlihat lemas. Entah apa sebabnya.
Pada hari ke-11, momoy terlihat semakin lemas. Tidak lagi mau menelan susu yang diteteskan ke dalam mulutnya. Saya pun mulai merasa momoy tidak akan lama lagi. Duh...