Sekitar dua bulan lalu, seorang kenalan, sebut saja namanya Bari, dan istrinya, datang mengabarkan sekaligus mengundang kami untuk hadir pada pernikahan anak perempuannya yang digelar beberapa hari kemudian.
Kami yang cukup kenal dengan keluarga ini, agak kaget dengan kabar sekaligus. undangan ini. Pasalnya, saya tahu pasti, anak perempuannya ini hanya selisih lebih tua tujuh tahun dari anak saya "si ganteng". Yang berarti saat ini usia gadis tersebut baru 19 tahun. Menurut saya, usia tersebut masih sangat muda untuk menikah.
Sebelumnya, kebih kurang satu tahun lalu, saya memang sudah mendengar cerita dari orangtuanya, bahwa selepas lulus SMU, gadis ini bekerja sebagai SPG di sebuah showroom kendaraan bermotor, dan telah memiliki teman dekat laki-laki. Tapi saya tidak menyangka akan menikah secepat itu.
Karena pertimbangan masih dalam situasi pandemi, saya dan suami memutuskan untuk tidak hadir pada pernikahan tersebut. Kami datang ke rumah mereka keesokan harinya ketika suasana pesta tidak terlihat lagi. Tetapi yang penting kami tetap datang, hanya saja tidak di hari H, untuk menghindari keramaian.
Mas Bari ini berprofesi sebagai tukang. Jadi, bila ada kerusakan di rumah, atau kami ingin dibuatkan perkakas rumah tangga, kami sering menggunakan jasa Mas Bari ini.
Kebetulan beberapa perbaikan di tempat tinggal kami harus dilakukan, minggu lalu kami meminta tolong jasa Mas Bari untuk membereskannya.
Sore hari ketika pekerjaannya sudah mulai rampung, saya pun berbasa-basi menanyakan keadaan anak gadisnya yang baru menikah. Rasanya kurang sopan kalau tidak bertanya kabar anak dan keluarganya.
"Dira (bukan nama sebenarnya) masih kerja, Mas?", saya bertanya perihal anak gadisnya yang baru menikah
"Yaa, udah kena gusur, Mbak," jawabnya
"Di-PHK?", tanya saya penasaran
"Iya"