Mohon tunggu...
Martha Weda
Martha Weda Mohon Tunggu... Freelancer - Mamanya si Ganteng

Nomine BEST In OPINION Kompasiana Awards 2022, 2023. Salah satu narasumber dalam "Kata Netizen" KompasTV, Juni 2021

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Tahun 2020, Tahun Penderitaan dan Kegagalan

2 Januari 2021   16:45 Diperbarui: 3 Januari 2021   22:00 467
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi Covid-19 (Sumber: Shutterstock/Petovarga via Kompas.com)

Menerapkan gaya hidup jorok, tidak cuci tangan sebelum makan, jarang mandi saat libur, jarang keramas, memakai baju berulang-ulang tanpa dicuci terlebih dahulu, menggunakan peralatan makan dan minum yang sama saat makan, jajan sembarangan, jarang olahraga, dan makan tanpa memperhatikan gizi alias asal kenyang dan asal mulut enak. Semua itu adalah contoh-contoh perilaku yang tidak memperhatikan kesehatan. Kebiasaan ini banyak dipandang sebagai perihal lumrah pada kurun waktu sebelum pandemi.

Tetapi ketika pandemi datang, kita dipaksa untuk berubah. Meninggalkan cara hidup yang lama, demi kesehatan yang kita rindukan. 

Rutin mengonsumsi vitamin, makan makanan dengan gizi seimbang, rajin berolahraga walau hanya di rumah, rajin mandi, rajin keramas, dan sering cuci tangan, adalah contoh perubahan yang kini menjadi perkara wajib. Sebagian besar kita pun mulai membatasi diri untuk bertemu dengan orang lain andaikan tidak penting sekali. Kita lebih banyak berdiam di rumah.

Ini membuktikan, semua orang ingin sehat. Semua orang ingin umur panjang. Dan segala cara akan diusahakan. Betapa pandemi membuat hidup kita lebih baik. Lebih peduli pada kesehatan diri dan keluarga.

Menyadari pentingnya mengelola keuangan dengan benar
Tidak ada yang pernah menyangka, pandemi ini akan membawa pengaruh signifikan pada perekonomian global. 

Banyak keluarga yang tidak siap ketika terjadi guncangan pada kondisi keuangan mereka, akibat efek domino pandemi. Gaji dipotong, bahkan tidak sedikit yang dirumahkan sementara atau diberhentikan. Selain itu banyak pula sektor usaha yang megap-megap bahkan gulung tikar. 

Pandemi ini mengingatkan kita semua untuk lebih bijaksana dalam mengelola rejeki yang Tuhan berikan. Baik melalui gaji bulanan, keuntungan bisnis atau rejeki apapun yang kita terima.

Jangan tergoda untuk meningkatkan gaya hidup ketika karir, gaji, atau penghasilan meningkat. Ketimbang berfoya-foya memuaskan keinginan, lebih baik jadikan rejeki dari Tuhan sebagai tabungan atau investasi. Jadikan dana tersebut sebagai persiapan masa depan, atau dana untuk berjaga-jaga dalam menghadapi masa-masa sukar.

Kita tidak pernah tahu apa yang terjadi pada hari esok. Akan tetapi, kita bisa mempersiapkan diri untuk menghadapinya, entah baik atau tidak baik keadaannya.

Menghargai keberadaan keluarga dan orang-orang terkasih 
Kita tidak pernah tahu seberapa panjang umur kita atau umur orang-orang terkasih yang ada di sekitar kita. Baik keluarga dekat maupun sahabat.

Oleh karena itu, ada baiknya kita selalu menghargai keberadaan mereka. Memberikan cinta kasih yang maksimal kepada mereka. Kepada suami, kepada istri, kepada anak-anak, kepada orangtua, kepada sahabat-sahabat dekat, atau kepada siapa saja yang kita kasihi.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun