Mohon tunggu...
Martha Weda
Martha Weda Mohon Tunggu... Freelancer - Mamanya si Ganteng

Nomine BEST In OPINION Kompasiana Awards 2022, 2023. Salah satu narasumber dalam "Kata Netizen" KompasTV, Juni 2021

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Hati-hati pada Hati

4 Juni 2020   22:02 Diperbarui: 4 Juni 2020   22:32 144
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi : by Stachoo, freeimages.com

Hati-hati meletakkan hati. Seperti potongan puzzle, mungkin terlihat pas ketika dilekatkan, namun sebenarnya mereka bukan pasangan, karena rupa dan warnanya tak sepadan.

Hati-hati melabuhkan hati. Perlukah ijin untuk merapat. Mungkin saja ada yang memiliki. Jangan sampai dituding tak bermartabat.

Hati-hati membuka hati. Jangan biarkan masuk sembarang hati. Peribahasa bilang, dari mata turun ke hati. Jangan biarkan matamu cepat terpikat rupa menawan hingga jatuh hati. Mungkin saja dia hanya ingin main hati, namun tak ada hasrat berbagi. Jangan sampai terluka lalu patah hati. Apalgi sampai bunuh diri. Duuh...

Hati-hati pada hati. Karena kau tak tahu isi hati. Pepatah bilang, lain di bibir lain di hati. Jangan teperdaya rayu manis penuh basa-basi, mungkin ada udang di dalam nasi.

Hati-hati dengan hati. Beri dia vitamin dan asupan bergizi setiap pagi, agar kekebalannya tinggi dan ketika melewai masa pancaroba tak mudah terkapar sakit hati.

Urusan hati memang seringkali tak bisa dimengerti. Dalamnya penuh lika-liku dan sulit digali. Kadang suka kadang benci. 

Urusan hati memang tak bisa diduga. Tak mungkin pula diatur serupa. Bahkan dua hati yang konon katanya "telah menyatu dalam cinta yang syahdu" pun seringkali berbeda dan saling berburuk sangka, sekalipun telah berwindu-windu bersama.

So, hati-hati. Selama roh masih menyatu dalam diri, badai dan gelombang tinggi sewaktu-waktu bisa menghampiri. Bila tak pintar jaga hati, kau akan terus-menerus merana dan sakit hati.

Jaga hati.

Kalau bukan kita sendiri, siapa lagi?

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun