Bertepatan dengan Hari Tanpa Tembakau Sedunia yang jatuh pada hari ini tanggal 31 Mei, kali ini saya hanya ingin berbagi cerita yang ada hubungannya dengan tembakau. Siapa tahu cerita ini bisa jadi koleksi cerita buat pembaca, dan bisa diceritakan kembali saat lagi nggak ada kerjaan, hehe...
Kejadiannya sekitar 6 tahun yang lalu, ketika dua teman dari anak saya yang sama- sama duduk di bangku Taman Kanak-kanak, kehilangan ayah untuk selamanya karena alasan yang sama.
Apa penyebabnya? Yuk kita simak..
Yang pertama : Kanker paru-paru.
Dari cerita sang istri, suaminya baru diketahui mengidap kanker paru-paru, satu tahun sebelum meninggal. Saat pertama kali didiagnosa, kondisinya sudah cukup parah. Besaran sebaran sel kanker di paru-parunya saat itu sudah berukuran sekitar 10 x 10 cm. Kesehatan tubuhnya pun merosot dengan cepat.Â
Batuk tanpa henti dan sering mengalami kelelahan yang sangat. Bahkan hanya melakukan aktivitas mandi pun, sang suami sangat kelelahan. Berbagai upaya dilakukan untuk penyembuhan. Selain pengobatan medis, pengobatan herbal maupun berbagai makanan alami, juga dilakukan.
Mendengar dari cerita sang istri, suaminya sudah menjadi perokok aktif sejak usia selepas SMA. Sudah sering diingatkan untuk mengurangi rokok saat awal-awal sang suami mulai batuk-batuk, namun tidak digubris. Sampai akhirnya batuknya semakin parah, lalu mengeluh tidak enak badan.Â
Semula dikira gejala thypus  Namun meski sudah diobati, kondisinya tidak kunjung membaik. Setelah dilakukan pemeriksaan secara menyeluruh, barulah diketahui kanker nya sudah cukup parah.Â
Hanya berselang satu tahun setelah divonis kanker, nyawanya tak bisa diselamatkan, dan sang suami meninggal di usia yang masih cukup muda, 42 tahun. Kepergiannya meninggalkan luka mendalam bagi istri dan dua anaknya yang masih kecil-kecil. Saat itu yang sulung baru berusia 8 tahun, dan yang bungsu 5 tahun.
Lebih kurang 20 tahun waktu yang diperlukan bagi rokok untuk merenggut nyawanya.