Lagi lagi aku terpaku mendengar wacana yang tuan tuturkan. Namun semenit kemudian, hatiku bersuka ria kegirangan, sekaligus bingung tak karuan.
Dimana aku harus mencarinya, tuanku?
Aku ini hanya gadis muda lagi biasa, dari kelas sendal jepit. Setiap hari hidup terhimpit di tengah gang sempit. Tidak medit tapi benar-benar tidak punya duit. Dan tiada henti bergumul dengan beban hidup yang terus menjerit.
Di mana aku bisa menemukannya tuanku?
Pangeran bangsawan, gagah rupawan, membawa mobil sedan, penuh teladan lagi dermawan, yang dengan sukarela mau jatuh cinta pada perempuan tak sepadan?
Ah, tuan pasti bercanda...
Lalu Tuan bilang aku bisa menemukannya di pemondokan indah, entah di mana itu.
Tuan juga bilang aku bisa mencarinya di pusat-pusat perbelanjaan kelas wahid, atau di kafe-kafe orang berduit. Itu aku pernah dengar, tapi itupun aku tak tahu caranya ke sana.
Oh sang pemilik semesta, tunjukkanlah padaku, dimana aku bisa menemukannya. Pangeran tampan nan kaya raya. Yang pundi-pundi hartanya tidak habis 7 turunan, 10 tanjakan, 15 tikungan. Dan ingin segera menikahiku selepas musim penghujan.Â
Sehingga tuanku pun lega, karena aku yang saat ini bulat melarat, bisa naik derajat dalam waktu singkat.