Lebay sungguh kawan ini. Lihatlah, kelakuan absurd nya yang berusaha membuatku iri dan cemburu. Tetapi, malah membuatku tertawa dan terhibur.Â
  Seperempat menit yang lalu, dia menelpon dengan seseorang yang digelarinya dengan "pacar" atau "sayang". Sangat ringan lisannya untuk bermesraan dengan suara yang lantang di dekat temannya yang menjomblo, "Jomblo elit" Katanya.Â
  Ketika mereka berdua ingin telponan, akan terdengar nada dering yang sengaja dijawab lama. Alasannya, supaya teman yang didekatnya terganggu. Bukan intuisi belaka, dengan ekspresinya yang seperti badut, ia mengangkat telepon itu dan menyapa dengan lemah lembut.Â
"Sayang" Bumi bergetar mendengar dua suku kata itu karena gemuruh sehabis hujan.Â
  Mereka bermesraan, saling bertutur kata lembut. "Halalin aja sob! " Kataku dalam hati. Tetapi, Kata-kata ku tidak memengaruhi i'tikadnya sama sekali.Â
 Bahkan, hebatnya dua sejoli ini, saat tidur mereka tidak mematikan telponnya. Edan! Kita baru saja menyaksikan salah satu adegan film romantis ala-ala bioskop. "Gak bahaya tah!? " Dalam hatiku heran pas pertama kali dia melakukannya. Menasehati orang yang memiliki kepercayaan diri tinggi lumayan sulit dengan tingkatan ku saat ini.Â
 Anehnya sekaligus uniknya hubungan ini. Tidak jarang kami dengarkan lantunan salawat Nabi yang merdu keluar dari mulutnya saat "videocall" dengan "ayangnya".Â
 " Hmm.. Pacaran versi halal. " Gumamku.Â
  Emang ada pacaran versi halal? Jawabannya "ada".pacaran yang dilakukan setelah akad nikah diselenggarakan. Yah, inilah pacaran halal. Tetapi, hukum itu tidaklah monoton. Hukum itu terus berkembang sesuai dengan zaman dan kondisinya.Â
  Pacaran setelah nikah yang dilakukan dengan cara yang salah, seperti bermesraan di muka umum akan tetap salah dan bisa menjerumuskan kepada keharaman.Â