Mohon tunggu...
Berlian Alfin
Berlian Alfin Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Membaca adalah obat hati dan pikiran. Bukan hanya menikmati lembaran yang bagus dan wangi, melainkan sesuatu yang membantumu mengenali dirimu sendiri.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Hati Bah Mutiara Dasar Lautan

5 Desember 2023   21:05 Diperbarui: 5 Desember 2023   21:33 77
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
 sumber, pixabay. 

 Pernahkah kalian mendengar sebuah cerita tentang anak dan ayah yang saling mengerti satu sama lain? Dan ditambah ibu yang selalu mendukung keduanya? Inilah sebuah keluarga sempurna.

  Ini adalah kisah fiktif bisa juga nyata. Berawal dari anak laki-laki yang baru saja lulus dari MA dan berencana melanjutkan kuliahnya ke Perguruan tinggi. Tetapi, dia masih meminta persetujuan dari kedua orang tuanya. 

"Ayah.., Ibu.. Saya sebenarnya ingin lanjut kuliah, dan saya tau betul keadaan kita. Saya berharap bapak dan ibu memberikan restu dan Do'anya kepada Dian. " Ayah dan ibu Dian saling menatap satu sama lain. Ruangan santai di rumah yang sederhana itu hening untuk sejenak. Ibu Dian tertunduk untuk menunggu keputusan dari Ayahnya.

Ayah dian mengisap rokok dan menghembuskan nya perlahan. 

"Nak, ayah tau kamu punya tekad yang kuat, dan itu memang nyata dengan prestasi yang telah kamu capai semasa sekolah. Ditambah lagi, guru-guru juga memberikan kepada ayah nasehat kalau bakat yang kamu miliki tidak boleh dibiarkan begitu saja. Tetapi, kamu tau kan nak kondisi kita? Yang untuk sesuap nasi kita masih berusaha mati-matian. Dan ayah dengar biaya masuk sekolah Perguruan tinggi itu sangat mahal. " Kata-kata ayahnya benar-benar mendekap dan mendarat dengan tepat di hati nurani Dian. 

"Tapi,.. " Lanjut ayahnya. "..walau ayah sudah tua begini, kalau kerja untuk kamu ayah berani mati-matian. " Tambah ayahnya. 

"Janganlah ayah katakan begitu, seolah aku memaksa ayah untuk menyekolahkan ku. Sungguh, aku pun tidak akan sekolah tanpa ridha ayah dan ibu. Tetapi, aku ingin mengungkapkan perasaanku sebenarnya dan agar tidak menyesal dikemudian hari." Jelas Dian dengan hormat. 

   Ayahnya yang mendengarnya tersebut mengangguk dan tersenyum. "Iyah nak, ayah dan ibumu paham maksudmu.. Dan kami juga akan berusaha untuk menyekolahkan mu. Karena kamulah satu-satunya harta yang paling berharga bagi kami dibandingkan emas dan permata. " Balas ibunya sambil mengelus-elus kepalanya. 

"Begini pak, aku ingin minta izin dan restu. Kemarin, bang Rudi menawarkan pekerjaan di tokonya. Katanya itu akan membantu untuk tambah biaya kuliah. Dan ustadz Ilyas dari kampung sebelah menawarkan untuk mengajar mengaji di Madrasah Diniyah. Ustadz Ilyas bilang, 'bagaimana pun kamu harus lanjut bersekolah. Kamu adalah harapan bangsa dan negri ini untuk mengubah keadaan tanah kelahiran mu ini. Jangan hanya habiskan umur dan badanmu untuk pekerjaan yang berat tetapi jangan lupa isi kepala ini dengan ilmu yang bermanfaat dunia dan akhirat' Katanya sambil memasukkan selembar uang kertas berwarna hijau ke dalam sakuku. 

'Apa ini Ustadz?'tanyaku.Dia tersenyum,'ambil saja ' kemudian meninggalkan ku. Ustadz Ilyas benar-benar lucu dan baik sekali." Dian begitu panjang lebar menjelaskan alasan mengapa ia tetap kuat untuk kuliah, guna untuk menentramkan hati kedua orang tuanya dengan harapan bahwa Dian tidak akan  membiarkan tanggung jawab itu hanya pada orangtuanya saja padahal dia telah dewasa. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun