"Dinginnya angin malam ini... menyapa tubuhku..Â
Namun tidak dapat dinginkan.. panasnya hatiku ini.." Irama musik melankolis dari penyanyi asal malaysia itu memenuhi ruangan mobil.Â
Mobil terus melaju di kecepatan yang tetap stabil antara 80 Km/jam. Kota-kota yang indah terlihat lebih indah dari jembatan yang menghubungkan dua wilayah sibuk itu.Â
"Putri.." desah Aril sambil membuang pandangannya ke lautan lepas yang di ujungnya terdapat cehaya yang gemerlap indah.Â
Aril sudah lama mengenal Putri, bahkan sudah menjadi 'teman masa kecil'nya Aril. Selama ini, Aril selalu bersantai dan merasa tenang dengan hubungan yang sebatas teman masa kecil ini.Â
Tentu saja hubungan itu tidak akan bertahan selamanya, dan suatu saat akan berakhir. Dan akhir yang diinginkan tergantung usaha yang dilakukan.Â
Tidak lama ini, Putri sebenarnya memiliki rasa tertarik terhadap Aril. Terlebih mereka telah dewasa dan menempuh pendidikan sebagai mahasiswa semester enam di Universitas Unggulan.Â
Waktu berlalu begitu saja, Putri hanya menunggu Aril yang akan menjawab panggilan bisu dari hatinya itu. Semestinya Putri melakukan usaha sekecil apapun dan bukan malah pasrah. Kemungkinan salah satu sebabnya adalah 'segan' kepada Aril. Sampai waktu telah menggugurkan rasa yang telah mekar itu menjadi hangus tak tersisa.Â
Aril mulai merasakan keanehan terhadap Putri, yaitu kebiasaan Putri yang menunggu Aril di depan gerbang Universitas tak kunjung lagi datang. Aril merasa aneh sekali gus heran dengan perilaku Putri yang tiba-tiba berubah.Â
Sampai pada suatu malam, Aril sedang jalan bersama Ayah, Ibu dan beserta adiknya ke suatu restoran mewah berlatar belakangkan pemandangan lautan malam yang ditaburi lautan lampu yang indah. Aril tanpa sengaja berpapasan dengan Putri yang baru saja datang bersama seorang lelaki yang dikenal dengan sebutan 'Romi' sahabatnya sendiri.Â