"Terbawa lagi langkahku ke sana. Mantra apa entah yang istimewa. Ku percaya, selalu ada sesuatu di Jogja" -- Adhitia Sofyan
Lagu 'Sesuatu di Jogja' selalu berdering di kepala saya saat sedang dalam perjalanan menuju Jogja. Tentu saja karena Jogja sangat berkesan. Banyak sekali hal-hal yang menjadi pengalaman pertama dalam hidup ini terjadi atau saya temukan di sana. Sudah barang tentu juga, sebagai alumni Universitas Muhammadiyah Yogyakarta (UMY), banyak sekali pengalaman yang saya peroleh dari kampus tercinta.Â
Mulai dari berkenalan dengan teman yang berasal dari Kalimantan-Sulawesi-dan Papua (bagi saya yang tinggal di Sumatra daerah tersebut sangat jauuuh), makan ayam geprek lebih dari 3 kali dalam seminggu, sampai banyaknya bangjo di jalanan Jogja. Lebih dari itu, saya yang sebelumnya hanya ikut organisasi dalam lingkup sekolah, ternyata bisa berkesempatan menjadi fasilitator di pengabdian masyarakat dalam kelompok dosen-dosen saya di kampus. Sungguh, pengalaman yang selalu akan saya ingat.
Mari saya rangkum, tiga hal yang paling berkesan sehingga saya kembali lagi dan lagi ke Jogja (plus, tidak lupa mampir ke UMY untuk bernostalgia).
UMY Adalah Kampus Pilihan Pertama Saya
Iya, pernyataan tersebut tidak salah. Saat masih di kelas 12 SMA kala itu saya memutuskan ikut penerimaan mahasiswa baru UMY melalui jalur nilai rapor. Setelah berkonsultasi dengan guru BK, saya pun mantap memilih jurusan Pendidikan Bahasa Inggris UMY. Fun fact-nya adalah, setahun sebelum saya mendaftar di UMY, sekolah saya pernah melaksananya study tour ke UMY, hihi. Salah satu alasan kenapa saya sangat yakin memilih UMY, tentu saja karena saya sudah tahu sedikit banyaknya fasilitas yang ada di sana.
 Namun, ada rasa pesimis takut tidak diterima -- apalagi itu adalah pertama kali saya mendaftar ke perguruan tinggi. Sembari menunggu hasil pengumuman dari UMY, saya pun juga mempersiapkan diri untuk seleksi nasional perguruan tinggi lainnya. Kata kebanyakan orang, yang namanya jodoh memang tidak ke mana. Saya diterima one shot oleh UMY di jurusan PBI, senangnya!Â
Skill Berbahasa Jawa Meningkat
Saya memang bersuku Jawa, namun karena lahir dan besar di Sumatra saya pun tidak berkomunikasi menggunakan bahasa Jawa dikeseharian saya. Yang pasti saya menggukan bahasa Indonesia di sekolah dan di rumah. Nah, teman pertama saya di UMY berasal dari Klaten. Saat itu kami berkenalan sesaat sebelum memasuki ruangan untuk tes Baca Al-Qur'an. Dia terus mengajak saya ngobrol dengan bahasa Jawa, saya yang belum pede terhadap skill berbahasa Jawa, selalu menjawabnya dengan bahasa Indonesia.
Lambat laun, kami sering bertemu di kampus sebelum MATAF di mulai, dan di situlah saya memberanikan diri berkomunikasi dengannya menggunakan bahasa Jawa saya yang tidak seberapa fasih itu. Ternyata teman saya paham! Seterusnya saya selalu menggunakan bahasa Jawa ketika ngobrol dengan teman-teman asli Jogja dan sekitarnya, haha.